TIGA S –solid, speed, smart—sebagai budaya korporasi, terus dipertajam di Kementerian Pariwisata. Tujuannya adalah untuk meletakkan dasar yang kuat demi merebut sukses dalam persaingan global.
“Itulah mengapa narasumber yang bicara di Rakornas Kemenpar ini adalah tokoh-tokoh dari perusahaan internasional. Agar kita out world looking! Melihat posisi kita di peta dunia. Tidak jago kandang yang merasa hebat di kampung sendiri,” ucap Menpar Arief Yahya saat menutup Rakornas di JCC Senayan, Jakarta.
Baik Baidu, Ogilvy, atau TripAdvisor pada rakor sebelumnya, adalah korporasi yang punya reputasi internasional. “Mereka punya nama besar, reputasi dunia, dan bicara dengan data. Saya ingin nanti terus dievaluasi dan selalu menggunakan angka-angka. Bagaimana impact di destinasi, bagaimana dampak di originasi?” jelas Menpar Arief Yahya.
Dia mengingatkan, peserta Rakornas yang terdiri dari Eselon I-IV Kemenpar, Kadispar Provinsi, Asosiasi dan Industri Pariwisata, agar mereka senantiasa mengalokasikan waktu berdasarkan prioritas. “Utamakan yang utama!” tegasnya, yang selalu mengingatkan soal Win-Way, Wonderful Indonesia Way.
Arief mengibaratkan Win-Way itu semacam IBM-Way, GE-Way, Telkom-Way, sebuah budaya kerja untuk memenangkan persaingan. Yang dimaksudkan dengan solid, adalah kompak, bersatu untuk Indonesia, atau Indonesia Incorporated. Siapa yang harus bersatu? “Akademisi, pebisnis, pemerintah, komunitas, dan. Saya sering menyebut dengan istilah segi lima pentahelix. Kelimanya harus bersama-sama menjadi subjek,” ungkap Arief Yahya.
Speed yang dimaksud adalah kecepatan, atau dalam implementasinya lebih ke arah deregulasi. Aturan apa saja yang menghambat, menjerat dan membuat tidak bisa berlari cepat, :Tolong dalam perjalanan nanti, segera disesuaikan. Bahasa jelasnya: direvisi!” kata pria asli Banyuwangi, Jatim ini.
Lalu apa yang dimaksud dengan smart? Cara terbaik untuk membuat korporasinya hebat, berani diadu, bisa bersaing, adalah benchmark. Bandingkan dengan hal serupa di tempat lain, di negara lain. Bandingkan dengan para juara, di mana posisi kita? Perbaikilah dari situ, untuk menjadi jawara. “Jawaban terhadap kita, adalah go digital! Dengan digital, kita bisa kalahkan semua, termasuk Malaysia dan Thailand,” kata Arief.
Mengapa digital bisa menjadi senjata pamungkas? “Semakin digital, semakin personal! Semakin digital semakin profesional. Semakin digital semakin global. Hanya digital yang kita akan punya marketing intelijen yang kuat, dan tentu punya daya serang yang langsung ke smartphone semua orang,” ungkap dia.
Satu hal yang juga diingatkan Menpar Arief Yahya adalah program nyata. Berapa sumbangannya terhadap capaian? Kapan selesai? Siapa yang bertanggung jawab? “Semua harus jelas, terukur dan lari lebih kencang!” ungkapnya. (*)
Discussion about this post