KALAMANTHANA, Balikpapan – Pembangunan jembatan tol Teluk Balikpapan diyakini bisa jadi pemicu ekonomi. Tapi, bagaimana ide awal pembangunan jembatan yang terhitung dahsyat tersebut?
Ide jembatan melintasi Teluk Balikpapan yang menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kabupaten Penajam bergaung setidaknya 13 tahun terakhir.
Dalam masa jabatan Bupati Penajam Paser Utara Andi Harahap yang berakhir 2014 silam, ide itu mulai diwujudkan dengan menggandeng Pemkot Balikpapan.
Dalam pembicaraan awal, jembatan di sisi Balikpapan akan dimulai di kawasan Melawai. Sedangkan dari sisi Penajam dimulai dari kelurahan Nenang.
Dengan berawal di Melawai, banyak pihak yang menyebutkan akan timbul permasalahan pengaturan lalu lintas darat.
Selain itu, tinggi jembatan juga menjadi perdebatan dalam hubungannya dengan lalu lintas kapal-kapal di Teluk Balikpapan.
Jembatan yang dirancang membentang sepanjang 6,4 km dengan ketinggian sekurangnya 40 meter dari permukaan air pasang di Teluk Balikpapan itu, diperkirakan menelan biaya hingga Rp5,2 triliun.
Sebanyak Rp1 triliun merupakan investasi badan usaha milik negara (BUMN), yaitu PT Waskita Karya sebagai kontraktor pelaksana.
Keberadan jembatan itu dipercaya akan lebih mempercepat pertumbuhan dan kesempatan-kesempatan ekonomi baru di Balikpapan dan Penajam Paser Utara, juga daerah-daerah di sekitarnya.
Balikpapan melibatkan diri dalam pembangunan mega proyek itu melalui perusahaan daerah yang akan mendapatkan suntikan modal untuk kemudian disetorkan kepada konsorsium yang juga beranggotakan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Provinsi Kaltim.
“Penyetoran uang tanda turut serta itu tidak langsung seluruhnya, tapi boleh dicicil berdasar kemampuan keuangan daerah,” ujar Ketua DPRD Balikpapan, Abdulloh. (ant/akm)
Discussion about this post