KALAMANTHANA, Tenggarong – Dampak negatif serbuan budaya luar tak terhindarkan lagi. Tapi, Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rita Widyasari, punya cara untuk menangkalnya. Bagaimana?
Dia gagaslah program Gerakan Etam Mengaji (Gema). Dia luncurkan saat berlangsungnya pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kalimantan Timur di Tenggarong. Program ini bagian dari Gerakan Pembangunan Masyarakat Sejahtera (Gerbang) dan tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2016 tentang Gerakan Etam Mengaji.
“Program Gema sebagai upaya membangun akhlak mulia serta menjadi benteng dari pesatnya dampak negatif dari perkembangan budaya yang semakin pesat dan maju,” ujar Rita.
Program tersebut, tambahnya, juga merupakan upaya meningkatkan syiar Islam dalam rangka membangun karakter masyarakat muslim Kutai Kartanegara yang beriman, bertakwa serta menjadi teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sedangakan sasaran program Gema, lanjut Rita Widyasari, meliputi budaya membaca Alquran secara rutin yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, baik formal maupun informal, instansi pemerintah, tempat ibadah, organisasi kemasyarakatan serta masyarakat luas di Kutai Kartanegara.
Pencanangan Gerakan Etam Mengaji itu ditandai penyerahan Alquran kepada perwakilan lembaga pendidikan, instansi pemerintah, tempat ibadah, organisasi kemasyarakatan serta tokoh masyarakat di Kutai Kartanegara.
Asisten Bidang Kesra dan Humas Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara, Bahrul yang juga Ketua Harian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) setempat mengatakan, dalam pelaksanaan program Gerakan Etam Mengaji akan ada petunjuk teknis, baik untuk instansi pemerintah, lembaga pendidikan hingga untuk masyarakat.
“Petunjuk teknis ini akan mengatur bagaimana pelaksanaan program Gerakan Etam Mengaji, yang disesuaikan dengan kondisi maupun kearifan lokal masing-masing. Misalnya, bagaimana penerapan di kantor maupun di desa-desa akan disesuikan dengan kondisi masing-masing,” kata Bahrul. (ant/akm)
Discussion about this post