KALAMANTHANA, Pontianak – Adan Bilfaqih, bocah asal Dusun Sebatu Darat, Desa Tebing Batu, Kabupaten Sambas itu, baru berusia dua tahun. Tapi, derita yang dia alami, cukup panjang. Dia menderita macrocephalus.
Menyedihkannya, derita bocah itu terjadi di tengah keluarganya yang kurang mampu. “Terakhir membawa anak saya ke rumah sakit pada 2014. Sampai sekarang masih belum pernah dibawa lagi. Kendala yang jelas masalah biaya. Selama ini Puskesmas juga belum pernah menyarankan tindak lanjut seperti apa. Sebetulnya ada rencana mau dibawa ke rumah sakit lagi, akan tetapi terbentur biaya dan angkutan,” ujar Neny, orang tua Adan, di Sambas, Kamis (4/8/2016).
Neny mengatakan, pada saat anaknya berusia dua bulan telah mulai ada pembesaran di kepalanya. Awalnya ia menganggap itu hanya sesaat dan tidak apa-apa. Namun setelah sekian lama pembesaran kepala tidak kunjung normal dan justru tambah membesar.
“Setelah mengetahui kondisi seperti itu, kemudian dibawa ke rumah sakit RSUD Sambas. Kemudian RSUD Sambas menyarankan dibawa ke rumah sakit di Singkawang. Di Singkawang anak kami didiagnosa macrosephalus dan disarankan dilakukan operasi jika kondisi anak kami sudah kuat,” tuturnya.
Dikatakan saat ini untuk pengobatan hanya dilakukan dengan memberikan obat-obatan yang diberikan oleh puskesmas dan bidan desa. “Obat tersebut berbentuk sirup atau pil. Setiap bulan selalu dibawa ke puskesmas dan ke bidan desa. Namun sejak dua bulan terakhir masih belum dibawa,” katanya.
Ia berharap ada pihak yang mau membantu menyembuhkan penyakit yang diderita anaknya. “Keinginan kami pasti bisa normal karena selama ini hanya dapat berbaring dan digendong,” kata dia. (ant/rio)
Discussion about this post