KALAMANTHANA, Penajam – Efek pemangkasan anggaran mulai terasa di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Mulai bulan depan, Dinas Kesehatan tak lagi mempekerjakan ratusan tenaga harian lepas alias honorer.
Sedikitnya ada 177 orang tenaga harian lepas yang rencana dirumahkan Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara. “Anggaran cukup terbatas, sehingga kami terpaksa mengistirahatkan honorer tersebut. Mereka mulai dirumahkan pada awal Septembar 2016,” ungkap Kepala Dinkes Kabupaten Penajam Paser Utara Arnold Wayong di Penajam, Selasa (30/8/2016).
Ia menyatakan instansinya terpaksa mengambil keputusan tersebut, karena anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk membayar honor mereka, sementara pemerintah daerah menginstruksikan setiap satuan kerja perangkat daerah melakukan penghematan anggaran.
Arnold Wayong juga belum bisa menjamin akan merekrut kembali ratusan tenaga honorer yang akan dirumahkan tersebut pada 2017 karena anggaran Dinkes terkena rasionalisasi sebesar Rp49 miliar dari usulan pada APBD 2017 sebesar Rp120 miliar.
“Anggaran Dinkes pada 2017 juga cukup terbatas karena dari usulan sebesar Rp120 miliar hanya disetujui sekitar Rp71 miliar. Jadi, tidak ada jaminan untuk bisa menarik kembali 177 honorer yang dirumahkan pada 2017 mendatang,” katanya.
Ia berharap pegawai honorer di lingkungan Dinkes Kabupaten Penajam Paser Utara dapat memahami kebijakan instansinya yang secara terpaksa memutus kontrak kerja, karena kondisi keuangan daerah yang semakin merosot.
“Mudah-mudahan honorer bisa mengerti dengan pemutusan kontrak kerja itu dan berdoa agar kondisi keuangan daerah segera membaik,” ucapnya.
Arnold menjamin pemutusan kontrak kerja 177 tenaga honorer itu tidak akan memengaruhi kinerja pelayanan kesehatan kepada masyarakat di setiap puskesmas.
APBD Penajam Paser Utara pada 2016 mengalami defisit sekitar Rp300 miliar, sebagai imbas menurunnya penerimaan dana transfer dan dana bagi hasil minyak dan gas bumi dari pemerintah pusat.
Sementara pada 2017, kekuatan APBD Kabupaten Penajam Paser Utara diperkirakan mengalami penurunan sekitar Rp400 miliar menjadi Rp1,03 triliun. (ant/rio)
Discussion about this post