KALAMANTHANA, Muara Teweh – Pecahnya kaca belakang mobil Pendeta Manalu bukanlah karena aksi lemparan dari pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Kuat dugaan, peristiwa itu terjadi karena terkena batu dari ban mobil di perjalanan.
“Itu bukan kasus pelemparan, apalagi teror. Kemungkinan disebabkan saat beliau pulang dari Palangka Raya, mobil terkena batu yang diakibatkan ban mobil. Bisa ban mobil beliau, bisa juga ban mobil orang lain. Hal ini dilihat dari pecahan yang ada di kaca mobil,” tegas Kapolres Barito Utara, AKBP Roy Sihombing kepada KALAMANTHANA.
Menurut Roy, kaca mobil milik pendeta di Gereja Pantekosta Indonesia Sion, Jalan Nanas, Kelurahan Lanjas, Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara itu, termasuk kategori pecah seribu. Jadi, tidak langsung pecah saat itu, tetapi melalui proses peretakan.
“Yang bersangkutan pun sampai dengan saat ini menyadari hal tersebut dan tidak melaporkan,” tambah Roy.
Sebelumnya, pecahnya kaca mobil Toyota Avanza dengan nomor polisi B 1825 FM itu sempat memunculkan praduga yang berseliweran. Bahkan ada pula pihak yang sampai menduga ini sebagai bentuk teror di tengah keramaian peristiwa yang terjadi di Samarinda dan Singkawang.
informasi yang dihimpun, Pendeta Manalu baru sadar kaca mobilnya di bagian belakang pecah pada pagi hari, saat dia bangun dan hendak belanja ke pasar. Sebelumnya tidak ada yang mencurigakan dirasakan Manulu dan keluarga. Bahkan saat beranjak tidur, Rabu (16/11) sekitar jam 23.20 WIB, mobil diparkir dalam keadaan masih utuh.
“Saya baru pulang dari Palangka Raya pukul 23.00 WIB. Kami tidak merasakan dan mendengar ada aksi pelemparan mobil, sampai pagi hari saya terkejut melihat kaca mobil pecah dilempar batu,” papar Manulu.
Pihaknya meminta hal ini tidak perlu dibesar-besarkan. “Kami dan keluarga sudah mengikhlaskan. Kejadian ini sudah dilaporkannya ke Ketua RT setempat dan ke salah seorang anggota polisi yang menjadi jemaah di gereja,” katanya. (atr)
Discussion about this post