KALAMANTHANA, Palangka Raya – Derasnya hujan yang mengguyuri Kota Cantik Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (1/3/2017), berdampak pada banjir yang menggenangi beberapa titik pemukiman warga. Nataliasi memandang perlu dilakukan tata kelola lingkungan yang lebih baik mengatasi banjir.
Anggota Komisi A DPRD Provinsi Kalteng itu mengatakan untuk menanggulangi banjir, pemerintah harus turut andil dalam melihat pembangunan maupun tata kelola saluran air, agar kedepannya banjir tidak menjadi agenda rutin pada saat kota Palangka Raya kembali diguyur hujan deras.
“Yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan tata ruang pembangunan dalam membangunan saluran air. Kota Palangka Raya ini belum padat penduduknya. Drainasenya yang harus ditata kembali, pengelolaan hutannya. Ini semua karena hutan beralih fungsi sehingga tidak seimbang serapan air oleh pohon-pohon yang sudah habis. Provinsi kalteng sendiri adalah wilayah yang diberi gelar jantung gambut dunia, tetapi serapan gambut berbeda dengan pohon kayu,” ucap Nataliasi.
Srikandi Komisi A tersebut juga menjelaskan, antara pihak pemerintah dan masyarakat harus memiliki sinergitas, untuk bersama-sama menjaga lingkungan. Pasalnya hingga saat ini, masih banyak sampah menutupi sejumlah drainase dan menjadi tempat tumbuh suburnya rumbut liar.
“Apakah selama ini kita baru sadar apabila banjir sudah terjadi, saat drainase sudah penuh dengan sampah serta rumput liar? Pembangunan ini harus dilakukan bersama, bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga ditunjang sikap dan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama jaga lingkungan,” tegasnya.
Selain itu, sambung Nataliasi, tenaga kebersihan bersama-sama dengan pihak masyarakat selama ini telah bahu-membahu membersihkan daerah yang berpotenai banjir, namun karena pembuangan air belum memadai untuk menampung curah hujan dadakan, perlu adanya pengkajian ulang terkait penataan dan pembangunan titik tampung tersebut.
“Memang, selama ini tenaga kebersihan dan masyarakat sudah membersihkan daerah yang potensi banjir sewaktu dampak curah hujan yang tinggi dan dalam kisaran waktu lama. Kita bukan daerah yang memiliki potensi banjir tetap atau lama. Ini hanya karena daerah pembuangan air yang belum memadai untuk menampung curah hujan dadakan. Ini yang perlu ditata dan dibangun, di mana titik tampungnya,” cetusnya.
Wakil Rakyat dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut juga mengatakan, untuk seputaran kota Palangka Raya, tidak perlu dilakukan penambahan kanal. Pasalnya kota Palangka Raya sendiri telah dikelilingi oleh sungai besar. Sehingga yang menjadi perhatian adalah tata kelola lingkungan, khususnya pembuangan air tanpa merusak ekosistem.
“Menurut saya, tidak perlu penambahan kanal, karena kita di sini, khususnya kota Palangaka Raya dikelilingi sungai besar. Sekarang bagaimana pemanfaatan dan tata kelola lingkungan khususnya pembuangan air hujan ke sungai dengan baik, tanpa merusak ekosistem dan kehidupan sungai. Contohnya seperti di Bali. Semua pembuangan limbah dan air itu satu jalur, yaitu ke laut yang merupakan daerah wisata Tanjung Benoa. Tetapi karena pengelolaannya baik maka wisata dan masyarakat lokal serta ekosistem laut tetap aman,” tandasnya. (dni)
Discussion about this post