KALAMANTHANA, Muara Teweh – Gara-gara jalan rusak tidak segera diperbaiki, Kecamatan Teweh Timur dan Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara dalam ancaman terisolir. Dua kecamatan ini berada di perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.
Kerusakan jalan dari Muara Teweh (ibukota Kabupaten Barut) menuju dua ibukota kecamatan, sepanjang kira-kira 60 km itu sudah terjadi berbulan-bulan. Jalan tersebut masuk kategori jalan kabupaten. Saat masuk musim hujan, jalan berubah menjadi kubangan dengan kedalaman 50 cm sampai 1 meter. “Ketinggian badan jalan sama dengan kubangan lumpur. Jadi mobil tidak bisa melintas. Sepeda motor pun harus berjibaku di ruas jalan itu,” kata Syamsul, warga Benangin.
Armin, seorang sopir truk pengangkut material asal Muara Teweh, membenarkan. Akibat jalan rusak, pihaknya harus menyediakan dana sampai Rp1 juta untuk ongkos BBM sekali jalan menuju Desa Jamut. Truk terpaksa berputar mengambil rute Malawaken-Benangin karena jalur Km 30–Benangin tak bisa dilewati.
“Truk pengangkut sembako sering terguling di ruas jalan Muara Teweh-Benangin karena jalan rusak. Butuh waktu berjam-jam untuk menormalkan kondisi lalu lintas. Ini sangat merugikan warga yang ingin cepat-cepat ke Muara Teweh atauj sebaliknya pulang ke Benangin dan Lampeong,” kata seorang pekerja rohani asal Benangin.
Anggota DPRD Kabupaten Barito Utara, Wardatun Nur Jamilah yang sedang melintas ruas jalan tersebut mengatakan, masyarakat di Benangin, Lampeong, dan sekitarnya sangat berharap jalan tersebut segera diperbaiki. Mereka kesulitan menjual hasil pertanian, karena kondisi jalan rusak berat. Apalagi kalau hujan, ada beberapa titik jalan yang sangat licin dan tidak bisa dilewati.
Berdasarkan keterangan warga, lanjut Wardatun, akses jalan tersebut dianggap lebih dekat menuju Muara Teweh dibandingkan mereka harus memutar melalui jalan poros Kalteng-Kaltim. “Saya berharap ini menjadi perhatian penuh oleh pemerintah. Perbaikan dapat direalisasikan dalam waktu dekat, sehingga kegiatan ekonomi masyarakat bisa berjalan dengan lancar,” ujar salah satu srikandi di DPRD Barut itu.
Informasi lain yang dihimpun menyebutkan ruas jalan tersebut diperbaiki dengan dana miliran rupiah berupa proyek tahun jamak (multi years). Tetapi saat perbaikan berlangsung, truk-truk pengangkut kayu terus bersilewaran. Bermacam jenis kayu dibawa dari Benangin keluar Barito Utara. Muatan truk kayu diduga melebihi batas maksimal muatan sumbu tengah (MST) 8 ton, sehingga jalan cepat hancur. (mki)
Discussion about this post