KALAMANTHANA, Puruk Cahu – Sempat berjaya di tahun 1990-an, kini angkutan sungai sudah mulai ditinggalkan masyarakat di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Hal itu dikarenakan semakin meningkatnya sarana dan prasarana transportasi jalur darat yang menghubungkan antar kabupaten di Wilayah Barito, Kalimantan Tengah.
Selain masalah jalur darat yang sudah cukup bagus maupun angkutan umum yang melayani rute jalan darat, soal tarif dan efesiensi waktu juga menjadi penyebab angkutan umum jalur sungai mulai ditinggalkan penumpang.
Ispan Sari salah satu motoris speed boat, yang dibincangi KALAMANTHANA, mengatakan, penumpang yang dari Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya menuju Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, atau pun sebaliknya lebih memilih mengunakan angkutan darat.
Selain itu juga katanya, tarif angkutan darat ke Muara Teweh maupun sebaliknya, cuma Rp100 ribu rupiah per punumpang. Hal itu berbeda jika mengunakan speed boat yang mencapai Rp170 ribu perpenumpang.
“Lama perjalanan juga diperhitungkan penumpang. Jika menggunakan transportasi air bisa mencapai waktu enam sampai tujuh jam, berbeda dengan jalan darat hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga jam,” kata Ispan Sari ditemui di pelabuhan speed boat Dermaga Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya.
Saat ini, menurutnya juga, penumpang yang menggunakan jalur sungai, sudah jarang. Paling dalam satu hari, hanya satu buah speed boat, yang melayani penumpang maupun sebaliknya. Itu pun kursi tidak terisi penuh.
“Dari kursi yang tersedia 20 untuk penumpang, sekarang paling terisi 12 sampai 14 penumpang saja. Jelas itu tidak menutupi biaya pembelian bahan bakar dan lainnya,” ujarnya yang mengaku memilih berhenti sementara menjadi motoris speed boat.
Ditandaskanya, seandainya perusahaan batu bara, yang berada di sepanjang DAS Barito antara Muara Teweh dan Puruk Cahu masih banyak beroperasi, kemungkinan jalur sungai tidak separah sekarang ditinggalkan penumpang.
“Ya ini juga imbas dari banyaknya perusahaan batu bara yang tidak beroperasi lagi sehingga penumpang benar-benar sepi. Dulu seandainya penumpang reguler sepi, saya masih bisa berharap di sepanjang jalur sungai ada penumpang dari karyawan perusahaan batu bara,” tandasnya.(pri)
Discussion about this post