KALAMANTHANA, Muara Teweh – Situasi di Desa Batu Raya II sudah berangsur kondusif usai peristiwa perkelahian yang berujung tewasnya Takda (62) dan Tapit (28). Warga setempat yang sempat panas, menyerahkan penanganan kasus ini kepada aparat kepolisian.
Mulai kondusifnya situasi di Desa Batu Raya II, Kecamatan Gunung Timang, disampaikan Kapolres Barito Utara, AKBP Tato Pamungkas. “Meski diisukan sempat ada ketegangan antara kubu, pihak kepolisian sudah bereaksi cepat meredamnya,” ujar Tato di Muara Teweh, Jumat (2/6/2017).
Takda adalah tokoh adat setempat yang tewas dalam perkelahian dengan Tapit. Tapi, tak lama kemudian, Tapit juga ditemukan meninggal dunia setelah berkelahi dengan orang lain di depan rumahnya.
Tato mengatakan kedua belah pihak yang menjadi korban saat ini sudah bertemu dan bersepakat untuk damai. Mereka sepakat menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian terkait kasus tersebut.
“Kemarin siang ada pertemuan antara masyarakat, Dewan Adat Dayak dan Camat, mereka telah sepakat menjalin persatuan dan kebhinnekaan. Untuk masalah hukum diserahkan ke pihak kepolisian dan terkait adat, sudah diserahkan kepada hukum adat yang berlaku,” kata dia.
Tugas berat kepolisian adalah menemukan siapa yang membunuh Tapit. Sebab, bisa jadi, dialah yang akan jadi saksi mahkota, membongkar apa penyebab terjadinya perkelahian yang berakibat hilangnya nyawa orang lain ini.
Kejadian itu berawal korban Tapit sekaligus tersangka yang meninggal dunia, sedang berada di kamar dengan menggunakan baju kaos dan celana pendek. Sementara seorang warga bernama Sartiyem ingin membersihkan beras ke dalam rumah milik Kepala Desa Batu Raya II, Erlik Mulus yang juga istri Kades itu ibu angkat Tapit.
Saat itu tiba-tiba Sartiyem dipeluk dari belakang oleh Tapit yang membuat Sartiyem tersinggung dan langsung menampar pelaku di bagian pipi. Sartiyem keluar dari rumah dengan memanggil istri kepala desa sambil mengatakan “Bu..Bu…Bu” dan dijawab istri Kades, jangan masuk si Tapit sedang gila.
Sartiyem kembali ke rumah miliknya namum beberapa saat kemudian dia mendengar suara istri Kades berteriak minta tolong. Mendengar suara tersebut korban Takda (penghulu adat desa Batu Raya) keluar dari rumah miliknya dan ingin membantu istri kades dengan membawa sebuah *golok.
Sartiyem merupakan menantu dari korban Takda. Dia melihat mertuanya sudah tergeletak di belakang rumah milik istri Kades dalam keadaan luka di leher dan melihat Tapit memegang sebuah golok di tangannya .
“Sartiyem tidak berani mendatangi korban dan kembali ke rumahnya sambil meminta tolong kepada pihak keluarganya yang melaporkan bahwa mertuanya Takda telah dibunuh Tapit,” kata Kasat Reskrim.
Sartiyem kembali ke tempat kejadian peristiwa (TKP) dan pelaku Tapit sudah tidak ada lagi di lokasi tersebut dan dia menolong Takda untuk dibawa ke rumahnya. Setelah kejadian tersebut pelaku melarikan diri, namun terjadi perkelahian yang mengakibatkan Tapit meninggal dunia di depan rumah Sartiyem dalam keadaan tersungkur di parit dan luka tusuk hampir di seluruh tubuh korban serta sepeda motor yang roboh. (atr)
Discussion about this post