KALAMANTHANA, Muara Teweh – Cobaan tak pernah berhenti mendera petani karet di Kabupaten Barito Utara. Baru juga harapan sedikit membuncah, kini mereka harus menghadapi kenyataan pahit kembali: kebun karet terendam banjir. Jumlahnya tak kira-kira, ratusan hektare.
Situasi ini terjadi saat mereka baru saja mendapat kabar yang cukup menggembirakan: harga karet di kalangan petani naik Rp1.000 dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 perkilogramnya. Tentu saja, kondisi banjir ini cukup memukul petani karet di pedalaman Sungai Barito itu.
Selama empat hari terakhir, kalangan petani karet tak bisa berbuat apa-apa. Sebab, luapan air Sungai Barito sudah merendam kebun mereka.
“Akibat kebun karet terendam banjir, usaha masyarakat di tempat kami terhenti total karena komoditas itu merupakan mata pencaharian utama,” kata Igang, seorang petani karet, warga Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Baru, Rabu (19/7/2017).
Banjir yang terjadi di kabupaten pedalaman Kalteng ini sudah memasuki hari keempat. Meski berangsur-angsur surut sekitar 10 sentimeter, tetapi di Kelurahan Jambu masih terendam banjir bervariasi antara 1-1,5 meter.
Petani karet lainnya, Adiono, warga Dusun Pararawen, Desa Lemo, Kecamatan Teweh Tengah mengakui akibat banjir ini, dia dan warga lainnya tidak bisa menyadap karet. “Kami berharap banjir cepat surut, karena sudah mengganggu perekonomian warga. Kami juga mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah,” katanya lagi.
Banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Barito Utara, juga melanda sejumlah kawasan dataran rendah di Muara Teweh.
Banjir yang melanda Muara Teweh ini juga masih merendam sejumlah ruas jalan, di antaranya Jalan Imam Bonjol dan Jalan Merak serta Gang Paraguay Jalan Dahlia dengan ketinggian air bervariasi antara 15 cm hingga 1 meter.
“Banjir mulai surut namun sangat perlahan. Kalau tidak hujan di kawasan hulu Sungai Barito atau di wilayah Kabupaten Murung Raya diperkirakan air surut,” kata Bani, warga setempat. (ss)
Discussion about this post