KALAMANTHANA, Sampit – Pemadaman listrik yang terjadi sejak Kamis (31/8), memunculkan pemandangan baru di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. ‘Pedagang sate dadakan’ muncul di mana-mana.
Mereka bukan pedagang sate sungguhan. Tapi, aksi yang mereka lakukan di tengah terhentinya pasokan listrik, tak ubahnya laksana pedagang sate sungguhan. Memegang dan mengibaskan kipas.
Abdul, seorang warga Kecamatan Baamang, mengakui itu. “Saya seperti jadi penjual sate karena harus mengipasi anak agar bisa tidur. Berhenti mengipas sebentar saja, anak saya terbangun karena kepanasan. Listrik padam semalam sehingga kipas angin maupun pendingin ruangan tidak bisa dihidupkan,” keluhnya.
Listrik padam sejak Kamis (31/8) siang hingga malam. Di beberapa kawasan di Sampit listrik kembali hidup sekitar pukul 22.00 WIB. Namun di Baamang, listrik baru hidup pada Jumat (1/9/2017) sekitar pukul 03.30 WIB.
Itu pun pasokan listrik belum normal. Sebagian besar kawasan di Kecamatan Baamang kembali mengalami pemadaman listrik sekitar pukul 07.00 WIB dan baru kembali hidup sekitar pukul 15.15 WIB.
Belum normalnya pasokan listrik ini dirasakan sangat mengganggu masyarakat. Aktivitas yang membutuhkan daya listrik tidak bisa dilakukan.
“Tadi saya terpaksa memasak menggunakan panci karena penanak nasi elektrik tidak bisa digunakan. Ini tentu sangat mengganggu karena hari ini Hari Raya Idul Adha. Banyak tamu yang datang. Suasana juga kurang nyaman karena panas, tidak bisa menghidupkan kipas angin,” kata Wati, warga lainnya.
Manajer Transmisi dan Distribusi PLN Kalselteng Hery Santoso di Banjarbaru, mengatakan, gangguan jalur transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo Volt (kV) terjadi pada jalur antara Gardu Induk (GI) Barikin dan GI Rantau sehingga suplai listrik ke Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah menjadi padam.
Kelistrikan di Kotawaringin Timur juga ikut terganggu karena termasuk jaringan transmisi di dua provinsi itu. Gangguan transmisi tersebut menyebabkan suplai daya dari Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai sebesar 140 Mega Watt (MW) tidak dapat tersalurkan.
Kehilangan daya sebesar 140 MW itu menyebabkan frekuensi tegangan sistem kelistrikan Kalselteng drop, sehingga beberapa pembangkit besar, termasuk PLTU Asam-Asam dan PLTU Pulang Pisau, mendadak berhenti beroperasi.
PLN berupaya keras memulihkan sistem kelistrikan Kalselteng yang melayani dua provinsi dan secara bertahap masing-masing Gardu Induk dioperasikan. Masyarakat berharap pasokan listrik kembali normal dan tidak ada pemadaman lagi. (joe)
Discussion about this post