KALAMANTHANA, Sampit – Tingginya kebutuhan jasa transportasi udara di Kabupaten Kotawaringin Timur membuat lembaga legislatif DPRD setempat mendesak pemerintah daerah untuk mencarikan solusi. Satu hal yang dinilai mendesak adalah masuknya maskapai baru ke Bandara H Asan Sampit. Hal ini diharapkan mampu memicu persaingan pelayanan konsumen menjadi lebih baik.
“Ya, kita berharap Bandara H Asan ini bisa diterbangi banyak maskapai karena kebutuhan jasa transportasi udara sangat tinggi. Kadang kalau ingin kembali ke Sampit dari Jakarta bisa tidak kebagian tiket, begitu juga sebaliknya. Selain itu juga mahal,” kata Ketua DPRD Kotim Jhon Krisli, Kamis (12/10/2017) di Sampit.
Kurangnya pilihan transportasi udara untuk beberapa jalur penerbangan tersebut menjadi hal yang kerap dikeluhkan warga. Kadang harus menambah biaya dan waktu untuk terbang melalui Bandara Tjilik Riwut di Kota Palangka Raya.
Pemerintah daerah juga diharapkan wajib mempromosikan Bandara Haji Asan Sampit agar lebih dikenal secara nasional. Pemkab Kotim mesti mengundang dan menarik minat perusahaan maskapai penerbangan untuk membuka jalur penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit-Jakarta dan idealnya terdapat dua kali penerbangan.
“Semakin banyak maskapai penerbangan yang membuka jalur di Bandara Haji Asan Sampit akan semakin baik. Hal itu akan menimbulkan persaingan layanan penerbangan dan harga tiket bisa lebih bersaing konsumen juga punya banyak alternatif soal harga tiket,” katanya.
Diketahui, saat ini di Kotawaringin Timur hanya tersisa satu maskapai penerbangan yang membuka rute di Bandara Haji Asan Sampit, yakni Nam Air setelah Kalstar Aviation dihentikan pelayanannya oleh Kementrian Perhubungan. “Kita berharap ke depannya jumlah maskapai ini bisa bertambah sehingga bisa menciptakan persaingan harga yang sehat,” terangnya.
Terakhir Jhon meminta pemerintah untuk terus menyakinkan maskapai untuk melakukan penjajakan masuk ke Kotim dan membuka rute penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit. “Bagaimanapun lobi ke maskapai untuk hadir ke Kotim harus dilakukan karena akibat dari penerbangan yang tidak banyak ini sedikit banyak sangat mengganggu perkembangan daerah Kotim,” ujarnya. (joe)
Discussion about this post