KALAMANTHANA, Penajam – Betulkah Dwi Ramadhan Vradiva, pelajar SMPN 13 Penajam Paser Utara, nekat melakukan aksi gantung diri setelah dimarahi orang tuanya karena nilai ujian sekolahnya jelek? Seorang teman sekolahnya mengindikasikan sesuatu yang lain.
Kepergian Dwi yang mendadak, terutama karena aksi nekat gantung diri di pohon mangga, tentu saja mengagetkan rekan-rekannya sesama pelajar. Mereka berduka atas perginya pelajar kelas 2 itu untuk selama-lamanya.
Di mata teman-temannya di SMPN 13 PPU, Dwi memiliki kesan tersendiri. Salah satunya diungkapkan Aprilia, salah seorang teman almarhum. Menurut Aprilia, Dwi pribadi yang baik. Dia berperawakan tinggi dan pintar.
“Almarhum terkenal pendiam dan tidak sombong. Itu sih setahu saya selama ini,” ujarnya, Kamis (26/10/2017).
Ketua RT 01 di Jalan Cendana, Desa Bangun Mulya, sepakat pada satu sifat yang ada pada Dwi sebagaimana diungkapkan Aprilia. Menurutnya, Dwi, remaja kelahiran 17 November 2003 itu, selama ini dikenal sebagai sosok yang pendiam.
Aksi gantung diri yang dilakukan Dwi Ramadhan Vradiva, siswa SMPN 13 Penajam Paser Utara, diduga kuat dipicu oleh masalah keluarga. Dia kabur setelah dimarahi orang tuanya.
Edi Priyanto, menyebutkan Dwi kabur setelah dimarahi orang tuanya. Kemarahan itu dipicu karena ulah Dwi yang sedikit nakal. “Anak itu pergi meninggalkan rumah membawa senjata tajam sejenis pisau,” ujar Edi.
Kapolres Penajam Paser Utara, AKBP Teddy Ristiawan pun membenarkan sebelum ditemukan tewas tergantung di pohon mangga, pelajar kelas 2 itu sempat dimarahi orang tuanya. Hanya, pemicu kemarahan itu bukan karena Dwi nakal, melainkan gara-gara nilai ujian sekolahnya jelek.
“Kami menduga tindakan nekad gantung diri yang dilakukan remaja itu dipicu perselisihan internal keluarga dan sempat dikabarkan pergi dari rumah setelah dimarahi,” katanya.
Kapolres memastikan tewasnya pelajar SMP itu murni akibat bunuh diri, karena dari hasil visum tidak ditemukan adanya luka bekas tindak kekerasan di tubuhnya.
“Kami sudah olah TKP (tempat kejadian perkara) dan melakukan visum jasad korban, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,” ujarnya.
Namun, untuk motif yang mendasari aksi gantung diri tersebut, polisi masih mendalami dan dugaan sementara karena tertekan akibat dimarahi orang tuanya.
Jenazah Dwi Ramadhan Vranida dibawa dengan ambulans dan dimakamkan di TPU (tempat pemakaman umum) Kecamatan Waru di belakang kantor camat pada Rabu siang.
Dari catatan kepolisian setempat, sepanjang 2017 sudah terjadi dua kasus bunuh diri dengan cara gantung diri, sedangkan pada 2016 terjadi tiga kasus bunuh diri dengan cara yang sama. (hr/myu)
Discussion about this post