KALAMANTHANA, Muara Teweh – Bukan hanya gedung rumah sakit yang mentereng, warga di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, khususnya para pasien gagal ginjal kronis justru menunggu realisasi pemerintah mengoperasikan layanan cuci darah atau hemodialisa.
Harapan para keluarga pasien kian membuncah seiring dengan perjalanan dinas kunjungan kerja Komisi I DPRD Kabupaten Barito Utara bersama dengan pihak RSUD Mute ke RSUD Ibnu Sina Gresik dan RS Islam Siti Khadijah Palembang, 6-8 November 2017. “Semoga cepat tersedia unit layanan cuci darah bagi warga Barut yang membutuhkan,” kata netizen bernama Tandu Etha.
Netizen lain bernama Enny EY memberikan masukan agar di Kabupaten Barut tersedia pos darah, karena pernah terjadi ada pasien yang tergolong kerabatnya meninggal dunia akibat kekurangan darah. Faktor lain, sangat susah mencari pendonor darah di Barut. “Jadi pas musibah, kita hanya bisa pasrah karena tidak ada persiapan darah,” katanya.
Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Barut Taufik Nugraha membenarkan, pihaknya melakukan kunker ke Gresik dan Palembang. “Ya, kami kunker ke Gresik dan Palembang untuk belajar dari RS berprestasi dan memiliki unit layanan hemodialisa,” ujar Taufik kepada Kalamanthana, Rabu (8/11/2017).
Mengenai layanan hemodialisa, lanjut Taufik, pihak DPRD melalui komisi I akan mengusulkan pengadaan dalam APBD murni tahun anggaran 2018. Sebagai langkah pembuka, DPRD menggelar kunker ke dua RS berprestasi dan memiliki layanan hemodialisa yang baik di daerahnya. Sedangkan mengenai pos darah, komisi I segera membicarakan dengan PMI Kabupaten Barut.
Berdasarkan laman wikipedia Hemodialisa adalah pembersihan darah darilimbah-limbah hasil metabolisme tubuh dengan menggunakan alat yang disebut dengan hemodialyzer. Secara singkat artinya cuci darah. Kegunaan atau indikasi hemodialisa umumnya menjadi standar perawatan bagi pasien gagal ginjal kronis.(mki)
Discussion about this post