KALAMANTHANA, Penajam – Buku sejarah berdirinya Kabupaten Penajam Paser Utara akan ditulis dan sejumlah pelaku sejarah sudah siap, termasuk Ketua Pemekaran PPU Harimuddin Rasyid.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten PPU, Marjani kepada KALAMANTHANA, mengatakan ia berharap di anggaran murni tahun 2018 bisa dianggarkan sehingga bisa dimasukan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah.
“Kami sudah mengusulkan di anggaran 2018, tetapi dengan kondisi keuangan kita seperti ini, apakah bisa kita mewujudkanya, kita lihat saja nanti,” kata Marjani.
Dikatakan Marjani, penulisan buku sejarah berdirinya Kabupaten PPU dan penulisan buku Paser untuk diajarkan ke sekolah-sekolah nantinya menjadi muatan lokal.
“Jika ini terlaksana nantinya akan menjadi buku bacaan buat di sekolah-sekolah,” terang Marjani.
Harimuddin sebelumnya menyatakan sejarah PPU penting jadi pelajaran bagi anak-anak, khususnya dunia pendidikan. “Kebetulan, Kepala Disdikpora salah satu pejuang kabupaten juga, tentunya sangat memahami tentang kabupaten ini,” kata Harimuddin.
Dikatakan Harimuddin, konsep buku itu nanti tidak ada meninggalkan sedikitpun tentang sejarah. Itu konkret dengan data sebenarnya tanpa ada rekayasa dari sejarah pembentukan sampai dengan hasil pembangunan.
“Dibukukan itu, semua kita tulis dari awal pembentukan sampai pembangunan, termasuk Yusran Aspar sebagai bupati pertama di PPU karena dia juga sebagai pejuangnya. (Penulisan) ini juga akan melibatkan para pejuang, baik wartawan, negarawan dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Buku ini, sebut Marjani, akan dimasukan ke dalam pelajaran muatan lokal ataupun pembelajaran buku sejarah di sekolah sebagai tambahan mata pelajaran. Dia berharap anak-anak didik di PPU tidak melupakan sejarah dan tahu persis tentang pendirian kabupaten ini.
“Jangan sampai tahu sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit, tahu berdirinya Yogyakarta, tetapi tidak tahu berdirinya Kabupaten PPU. Itu tidak arif namanya,” lanjut Marjani.
Buku sejarah berdirinya PPU itu nantinya bisa menjadi muatan lokal ataupun disisipkan di dalam mata pelajaran dan bagian daripada pelajaran sekolah, khususnya SD dan SMP. Ini sejalan dengan keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, harus mengakomodir kearifan lokal, salah satunya melalui buku sejarah tersebut. (hr)
Discussion about this post