KALAMANTHANA, Sampit – Budidaya kayu sengon menjadi salah satu potensi peningkatan ekonomi masyarakat di Kotawaringin Timur. Selain pemeliharaan relatif mudah, keuntungan yang cukup menjanjikan.
Karena itu, masyarakat Kotim sebenarnya memiliki alternatif-alternatif pengembangan ekonomi perkebunan dan kehutanan selain mengandalkan pada kelapa sawit.
“Harga pohon sengon saat ini cukup tinggi di pasaran. Selain itu, seluruh bagian pohon dapat dimanfaatkan untuk usaha. Salah satunya adalah batang pohonnya yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti kayu olahan untuk pembuatan mebel,” kata Syahbana, anggota Komisi I DPRD Kotim di Sampit.
Menurutnya, keberadaan pohon sengon dapat membuat tanah sekitar menjadi lebih subur. Jadi, tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai bahan usaha dari batang kayunya, tetapi juga membuat kesuburan tanah meningkat.
Pohon Sengon, lanjut Syahbana, relatif tak perlu menunggu lama dalam proses produksinya. Hanya dalam waktu 5-6 tahun sudah bisa dipanen. Tanah yang berukuran satu hektare, bisa menanam 1.650 pohon sengon. Perawatan dan pemeliharaan pun sangat mudah. Pohon sengon tidak perlu dipupuk dan dirawat seperti kelapa sawit. Namun jika diberi pupuk, maka akan lebih cepat lagi pertumbuhannya. Maka dari itu sengon lebih menjanjikan karena sawit lebih tinggi ongkos pemeliharaanya.
“Anggap saja satu hektare bisa menanam 1500 pohon, selama 5 tahun tidak usah dipupuk. Satu pohon harganya Rp2 juta, dikali 1.00 pohon. Sudah Rp3 miliar keuntungannya,” terangnya.
Politisi Partai Nasdem ini juga mengungkapkan, di tahun 2017 lalu Komisi I DPRD Kotim telah memberikan bantuan berupa bibit tanaman sengon pada masyarakat Desa Cempaka Mulia Barat, Kecamatan Cempaga. Bantuan tersebut diharapkan mampu meningkatkan perekomian masyarakat.
“Untuk makin meningkatkan pengetahuan masyarakat serta memberikan wawasan dalam pemanfaatan pohon sengon, kita berharap pemerintah daerah bisa memberikan sosialisasi terkait pembudidayaan pohon sengon,” pungkas Syahbana. (joe)
Discussion about this post