KALAMANTHANA, Muara Teweh – Kerajinan tangan dari anyaman rotan yang dihasilkan masyarakat Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, kondang ke mana-mana. Tetapi upaya maksimal untuk melipatgandakan nilai ekonominya belum signifikan.
Hal ini menjadi perhatian anggota DPRD Kabupaten Barut Rosi Wahyuni. Ia menyarankan Pemkab Barut segera membangun pusat kerajinan sebagai penampung hasil kerajinan rotan produksi warga, supaya nilai ekonomis dari bahan rotan tidak jatuh ke daerah lain.
“Melalui pusat kerajinan, pemerintah membantu para pengrajin anyaman rotan di daerah ini sehingga harga jual produk anyaman rotan bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi lagi. Apalagi sekarang bisa memasarkan produk-produk anyaman rotan khas Barito Utara lewat media sosial,” ujar anggota Komisi II ini, Jumat (9/3/2018).
Menurut Rosi, rotan yang diolah menjadi tas-tas cantik sering diborong oleh salah satu pengumpul (pengepul) dari Kalimantan Timur dan warga dari Kalimantan Selatan dengan total pembelian bisa mencapai 1.000 buah. Keunggulan produk khas warga Teweh Timur karena proses pewarnaan menggunakan cara tradisional yakni menggunakan bahan alami seperti dedaunan yang direbus. Satu tas ukuran kecil dari anyaman rotan bisa diselesaikan oleh warga dalam waktu sehari.
Rosi menambahkan, harga jual tas-tas yang terbuat dari anyaman rotan ini, jika di luar daerah seperti di Bali dan Jakarta bisa menembus kisaran Rp 500 ribu per unit, sedangkan di pasar lokal Barut para pengrajin menjualnya hanya seharga Rp 100 ribu, bahkan apabila membeli dalam jumlah banyak bisa dapat dengan harga Rp50 ribu. “Selisih harga ini sangat besar, jadi dengan adanya pusat atau tempat untuk penampungan dan penjualan hasil kerajinan, pemerintah bisa mengangkat harga jual produk anyaman rotan yang diolah masyarakat,” kata legislator dari Partai Hanura ini. (mel)
Discussion about this post