KALAMANTHANA – Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Dwi Listyawardani mengingatkan para ibu hamil memperhatikan gizi saat 1.000 hari pertama kehidupan dan masa balita.
Dwi, Kamis (15/3/2018) mengatakan dalam program Keluarga Berencana (KB) wajib memberdayakan orang tua untuk melakukan pengasuhan dari aspek kecukupan gizi selama kehamilan.
Hal itu dilakukan guna mencegah terjadi gizi buruk. “Dengan kecakupan masalah gizi maka generasi penerus yang dilahirkan dapat bertahan hidup secara baik,” ujarnya.
Dwi mencontohkan seorang ibu berusia antara 24 sampai 25 tahun sudah memiliki anak 10, tetapi yang bertahan hidup hanya dua orang, yang lain meninggal dunia karena tidak memiliki daya tahan hidup.
“Oleh karena itu kewajiban kita bagaimana melahirkan generasi yang kuat, sehat, cerdas, melalui perencanaan kelahiran,” ujarnya.
Jika setiap tahun, lahir lagi maka kemungkinan dia akan kurang gizi, tidak sehat dan tidak cerdas.
Dia menjelaskan, masalah gizi buruk bukan soal badan yang kurus, kecil ataupun ingusan. Masalah gizi buruk justru yang berbahaya bagi perkembangan otak pun yang terhambat dan tidak cerdas.
“Kalau dulu ada istilah otak kosong itu memang tidak ada, sel-selnya jarang seperti kosong,” katanya.
Ia menyebutkan, anak tersebut secara alamiah kemampuan berpikirnya terbatas. “Kita ingin melahirkan generasi yang berkualitas dengan daya tahan hidup lebih baik,” ujarnya.
Angka kematian yang tinggi harus segera ditanggulangi sejak awal dengan melahirkan anak-anak yang sehat. (ik)
Discussion about this post