KALAMANTHANA, Surabaya – Serangkaian teror bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur, dalam dua hari ini, memunculkan fenomena baru. Pelibatan anak-anak merupakan hal yang pertama terjadi dalam dunia terorisme di Indonesia.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan fenomena bom bunuh diri bukanlah hal yang baru. Bom bunuh diri yang melibatkan wanita juga bukan hal pertama di negeri ini. Tapi dia mengakui, aksi kali ini yang berhasil.
Pada Tahun Baru, aparat kepolisian berhasil menghentikan bom bunuh diri oleh Novi di Jakarta. Novia berhasil ditangkap dalam keadaan hamil dan dibawa ke Rutan Mako Brimob. Beberapa bulan kemudian Novi melahirkan bayi.
Waktu melahirkan yang menolong dan mengurusi itu Sulastri yang merupakan Polwan. Sulastri adalah polisi asal Kalimantan yang sempat jadi sandera ketika para narapidana di Lapas Cabang Salemba di Mako Brimob beraksi pekan lalu.
“Ini fenomena serangan bunuh diri oleh wanita bukan yang pertama di dunia. India dulu dikalungkan bunga ternyata bahan peledak, Suriah dan Irak, termasuk di ‘website’ mereka ada,” paparnya.
Namun, fenomena menggunakan anak-anak baru pertama kali di Indonesia untuk usia sembilan dan 12 tahun. Tapi, dalam dunia terorisme internasional, hal ini juga pernah terjadi.
“Di ISIS, mereka sudah melakukan di Suriah, menggunakan anak-anak. Memprihatinkan. Perkembangan seperti ini dan ini tidak terkait agama, tapi ini terkait dengan jaringan dalam negeri, regional, Filipina dan Timur Tengah, kita akan bekerja lebih keras lagi untuk menangani ini,” ucapnya.
Seperti diketahui, pada Minggu (13/5), bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya melibatkan anak-anak. Bom bunuh diri dilakukan seorang ibu bersama dua orang anaknya.
Bom bunuh diri yang terjadi di Mapolresta Surabaya lebih edan lagi. Bagaimana tidak, pelaku bom bunuh diri yang terjadi Senin (14/5/2018) adalah satu keluarga.
Mereka terdiri satu keluarga yang terdiri dari seorang ayah, seorang ibu, dan ketiga orang anaknya. Dari kelimanya, empat di antaranya tewas akibat bom yang meledak tersebut.
“Pelaku ledakan ini satu keluarga juga. Kartu keluarganya satu, isinya lima orang. Semuanya berangkat dengan dua motor. Satu yang kecil terlempar, selamat. Sekarang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara,” kata Kapolda Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin di Surabaya, Senin.
Kapolri Tito Karnavian membenarkan semuanya berasal dari satu keluarga. Pelaku membawa dua sepeda motor dan bom peledak.
“Ada lima orang. Mereka ini masih satu keluarga, lagi masih diidentifikasi oleh kita,” ujar Tito.
Dalam aksinya, lima orang itu meledakkan diri dan empat di antaranya meninggal dunia. “Mereka mau masuk dan penjagaan cukup ketat, saat distop ada mobil anggota masuk kemudian ada ledakan. Empat orang meninggal, anak tersebut terlempar masih selamat,” ungkapnya.
Tito mengungkapkan, saat ini anggota kepolisian mengalami luka, namun tidak meninggal dunia atas ledakan itu.
Tito mengemukakan, kelompok yang melakukan aksi di Polrestabes Surabaya merupakan bagian dari kelompok yang sama yang melakukan aksi di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5), yakni kelompok sel Jamaah Ansharud Daulah (JAD) di Surabaya.
“Kenapa aksinya di Surabaya? Karena mereka menguasai daerah ini. Mengapa mereka melakukan aksi ini? Karena pimpinan mereka ditangkap. Instruksi juga dari ISIS sentral di Suriah,” ucapnya. (ik)
Discussion about this post