KALAMANTHANA, Muara Teweh – “Kami ini ibarat kerja rodi. Giliran kerja diharuskan tepat waktu dan disiplin. Tetapi giliran mau terima gaji, uang di perusahaan nihil,” begitu ungkapan duka Hartati (40), seorang karyawan wanita di PT Berjaya Agro Kalimantan (BAK), Camp Kamawen, Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Kenapa dia bilang begitu? Hartati merasa tidak ada lagi harapan yang bisa dipertaruhkan di perusahaan sawit yang beroperasi sejak 2005 ini. Ia sudah bekerja keras dari pagi sampai petang, demi mengais rezeki. Ternyata, hasilnya mengecewakan. Sejak September-Oktober 2018, perusahaan tidak mampu lagi membayar gajinya sekitar Rp2,5 juta per bulan.
“Anak saya tidak bisa minum susu, karena tidak ada uang, gantinya minum teh. Itu pun saya titipkan sama adik saya di kampung, dekat lokasi kebun. Kalau ada tukang pentol atau tukang bakso ke lokasi kebun, kami suruh pergi, karena khawatir anak-anak minta jajan. Darimana kami dapat uang untuk beli jajan anak,” ujarnya kepada KALAMANTHANA, kemarin.
Nasib tragis juga dialami wanita lainnya, sebut saja Ny Upik (41), istri seorang karyawan PT BAK. Ia terpaksa memberhentikan putrinya dari sekolah TK, karena tidak ada lagi uang untuk biaya sekolah. “Uang SPP tiga bulan tidak bisa dibayar, dari sekolah terus ditagih, sehingga saya putuskan anak saya berhenti sekolah,” katanya dengan nada sedih. (mel)
Discussion about this post