KALAMANTHANA, Lumajang – Retno alias Siska (56) kini jadi pembicaraan. Dia diduga melakukan penipuan terhadap Tuhan (39), pria Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Siapa nyana, Retno ternyata pernah jadi mucikari di Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Selain dugaan melakukan penipuan, kehidupan Retno tampaknya dilewati dengan situasi yang rawan. Lahir dari orang tua S dan M di daerah Gunung Eleh, Kecamatan Kedundung, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Retno memiliki kakak kandung NA (55). Siapa dia? Seperti Retno, NA ternyata juga bekerja sebagai mucikari di lokalisasi Nagoya, Batam, Kepulauan Riau.
Karier kemucikarian Retno bermula saat dia memutuskan meninggalkan kampung halaman, tempat di mana dia menikah saat baru kelas 2 SMA, menuju Jakarta. Lima tahun dia menghabiskan waktunya di Jakarta Utara, menjadi mucikari di Kramat Tunggak, salah satu tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara yang kini sudah tutup itu.
Tak betah di ibukota, akhirnya iapun berusaha mengubah peruntungan. Dia memilih merantau ke Sampit, Kotawaringin Timur. Pindah kota, tapi Retno tak pindah profesi. Dia tetap menekuni profesi mucikari di Sampit.
Tiga tahun dia menghabiskan usianya di Sampit sebagai mucikari. Iapun mulai melalang buana dengan berpindah ke Batam, tepatnya lokalisasi Nagoya, juga sebagai mucikari selama 10 tahun.
Namun di tengah perjalanan kehidupan, ia mengaku pernah masuk ke dalam Lapas Sukamiskin selama 10 bulan karena terjerat masalah penipuan. Selain itu, dalam hidupnya ia juga mengaku pernah menikah dua kali yakni dengan T yang kemudian mengalami perceraian serta dengan H (yang juga cerai tahun 2006). Dari kedua pernikahan ini, ia tidak memiliki anak.
Ihwal penipuan, alasan Retno cukup mengejutkan. Pasalnya, penipuan bukanlah dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aksi penipuan dia lakukan untuk memenuhi keinginan hidup. Dia gunakan uang hasil penipuan itu untuk berfoya-foya dengan lelaki yang bukan suaminya.
Retno memiliki banyak kedok dalam melakukan aksinya. Dia mengaku memiliki tambang batu bara di Kalimantan, punya villa di Bali, mengelola hotel di Banyuwangi, dan memiliki rumah di Jember. Dia pun mengaku punya rekening tabungan yang nilainya tak kira-kira, Rp115 miliar.
Ia mengaku sebenarnya ingin kembali bekerja di Batam sebagai mucikari. Tapi, karena ia tak memiliki ongkos pulang, akhirnya ia pun menjalanlan aksi penipuan tersebut.
Meskipun orang tuanya meninggalkan rumah di kampung halaman dan sudah tak dihuni selama hampir 10 tahun terakhir, ia mengatakan tak punya pilihan untuk kembali ke Sampang karena terlanjur sudah tak di terima oleh warga sekitar setelah mengetahui pekerjaan nya sebagai mucikari.
Saat diamankan oleh petugas dari Polsek Pasirian, tak ditemukan pula kartu identitas yang melekat di tubuhnya. Ia mengatakan KTP-nya hilang pada saat bekerja di Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Meskipun seusai kehilangan KTP ia melaporkan ke Polsek setempat, namin ia tak melanjutkan untuk mengurus KTP tersebut.
Lantaran tak punya kartu identitas, alhasil setiap kali berpindah kota maupun berpindah pulau ia tak pernah naik pesawat. Selain menggunakan kapal laut serta bus antar kota, ia juga pernah menggunakan becak untuk mendatangi mangsanya di rumah-rumah.
Kapolres Lumajang AKBPMuhammad Arsal Sahban mengatakan, pelaku sudah mengakui berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh penyidik. “Pelaku sangat kooperatif dengan kami sehingga pertanyaan demi pertanyaan dijawab dengan cepat. Namun demikian saya tak gampang percaya. Setiap pengakuan dari pelaku akan saya kroscek secara langsung terkait kebenarannya,” kata Arsal. (ik)
Discussion about this post