KALAMANTHANA, Muara Teweh – Jalur darat Muara Teweh menuju Lahei dan Luwe, Kecamatan Lahei Barat, Kabupaten Barito Utara, makin ramai, tetapi terkendala jalan dan jembatan sering terendam banjir.
Pantauan KALAMANTHANA, Selasa (25/2), jalur dari Lahei menuju Luwe sepanjang sembilan km relatif padat, baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Kondisi jalan mulus karena dicor rigid. Warga yang memakai roda dua umumnya warga di desa-desa se-Kecamatan Lahei Barat dan warga beberapa desa di kecamatan Lahei. Sedangkan roda empat mengangkut bahan sembako, material bangunan, kendaraan milik perusahaan, dan travel. “Selama jalan kering dan jembatan tak tergenang air, kami bisa angkut penumpang travel sampai ke Luwe,” ujar Roby seorang sopir travel.
Sekretaris Desa Luwe Hulu Joto, mengatakan jalan Lahei-Luwe menghubungkan dua kecamatan merupakan satu-satunya akses jalan darat bagi kendaraan roda empat. Adapun Jembatan Luwe berada di perbatasan Desa Luwe Hulu dan Luwe Hilir.
“Kendalanya, saat banjir jalan sepanjang 300 meter dan Jembatan Luwe selalu tergenang air. Angkutan roda empat harus menunggu sampai air surut baru bisa melintas. Sembako dilangsir lewat jalan kampung,” kata Joto.
Menurut Joto, jalan sepanjang 300 meter itu sudah ditimbun sampai ketinggian dua meter. Tetapi begitu air surut, jalan yang ditimbun tanah merah kembali hancur karena dilewati kendaraan roda empat.
“Itu masalahnya. Kami sudah usulkan untuk perbaikan secara permanen. Namun tergantung anggaran,” papar Joto.
Salah satu solusi, sambung Joto, melalui peninggian jalan semacam fly over dan jembatan ditinggikan dengan konstriksi non kayu. Dana yang dibutuhkan jelas besar, sehingga tak mungkin dialokasikan melalui DD dan ADD.
Jalan dan Jembatan Luwe sangat strategis, karena menghbungkan dua kecamatan dengan ibukota kabupaten. Luwe merupakan tijuan antara, karena kendaraan roda empat banyak pula yang menuju Karendan dan Haragandang, serta desa-desa lain di bagian hulu Sungai Lahei.(mel)
Discussion about this post