KALAMANTHANA, Muara Teweh – “Alhamdullilah, saya bisa melewati serangan Covid-19. Kondisinya ngeri,” demikian Direktur RSUD Muara Teweh drg Dwi Agus Setijowati membuka percakapan dengan Kalamanthana, Jumat (27/11/2020) siang.
Ibu dua orang puteri yang akrab dipanggil Tinuk ini, bukan bermaksud mendramatisasi apa yang pernah dialaminya. Tetapi dia ingin supaya orang lain mengetahui dan bisa segera sehat untuk kembali beraktivitas seperti sedia kala, setelah sembuh dari Covid-19.
Berdasarkan data yang dilansir Satuan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Barito Utara, bulan Juli sampai dengan September 2020 merupakan salah satu fase puncak penyebaran Covid-19 di daerah ini.
Pada Sepetember itu pula, tepatnya tanggal 13, drg Tinuk mulai merasakan gejala panas dan batuk di rumahnya.
Sebelum itu terjadi, ia seringkali menyampaikan kepada media yang bertandang ke RSUD bahwa tenaga kesehatan di RSUD merupakan salah satu pihak yang paling rentan terinfeksi Corona.
“Saya ke RSUD Muara Teweh tanggal 15 September 2020 untuk menjalani rapid test. Hasilnya non reaktif,” ucap Tinuk.
Tetapi, ada pertimbangan dari dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis paru supaya dirujuk ke Palangka Raya, lantaran Tinuk terdeteksi pernah kontak dengan orang terkonfirmasi positif Covid-19. “Tanggal 16 September dirujuk dan langsung diswab di RSUD Doris Sylvanus. Hasilnya terkonfirmasi positif,” kata dia.
Babak baru dimulai di sini. Ketangguhan, ketahanan, dan ketabahan mentalnya benar-benar diuji. Ternyata bukan hanya Tinuk, namun suaminya tercinta, Agus Surjanto juga dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.
Standar perawatan pasien Covid-19 mesti dijalani. Selama 21 hari, Tinuk menjalani perawatan di RSUD Doris Sylvanus. “Saya bersyukur, karena mendapat suport begitu besar dari teman-teman di Palangka Raya dan pimpinan daerah Barito Utara, sehingga perawatan berjalan sangat baik,” papar wanita arek Suroboyo ini.
Saat Tinuk menjalani perawatan, masalah lama maupun baru muncul di RSUD Muara Teweh. Terutama soal honor dan insentif bagi tenaga kesehatan terkait penanganan pasien BPJS dan pasien Covid-19.
Belum lagi sempat terjadi over kapasitas pasien Covid-19 di RSUD Muara Teweh, sehingga ada pasien yang harus dikirim untuk menjalani perawatan di RSUD Puruk Cahu.
Tinuk tetap tegar menjalani semuanya. Tugas sebagai seorang Ibu juga tak pernah dilewatkannya. Beberapa minggu sebelum dinyatakan positif Corona, dia baru saja mengawinkan putrinya, kebetulan juga seorang dokter di Surabaya.
“Setelah sembuh, saya bekerja kembali seperti biasa. Melakukan semua aktivitas seperti dulu. Tak ada yang berubah. Justru yamg berubah penerimaan atau pendapatan RSUD yang turun drastis. Ini yang buat kepala mumet untuk melalui ke depannya,” sebut Tinuk blak-blakan.
Ia juga tak memberi tips khusus, soal makanan apa yang baik dikonsumsi oleh orang yang pernah terinfeksi Covid-19. Tak ada pantangan makanan baginya, sehingga kini berat badannya naik sembilan kg dari berat awal sebelum sakit.
Di akhir pertemuan, Tinuk mencoba memflashback saat dirinya pertama kali dipercaya memimpin RSUD pada tahun 2014. Sebanyak 452 pegawai atau karyawan RSUD Muara Teweh menjadi tanggung jawabnya.
“Pertama kali jadi direktur, ada persalinan macet. Kepala bayi di mulut rahim. Suami pasien kebingungan tak ada uang. Jauh-jauh dari Butong. Senang rasanya hati ini, karena bisa menolong,” tukas Tinuk.
Tetapi ia pun sadar ada dinamika dalam kehidulan manusia. “Mungkin banyak yang tak suka saya di RSUD, karena katanya saya ini alotlah, tak mau diajak kompromi. Sebagai pemimpin, saya tegas dengan komitmen yang disepakati bersama. Kini momen saya untuk berkarya lebih baik lagi. Pekerjaan di RSUD dijadikan ibadah aja, biar enjoi,” pungkas Tinuk.(mel)
Discussion about this post