KALAMANTHANA, Palangka Raya – Pandemi Covid-19 turut berpengaruh pada ekonomi masyarakat. Guna membantu warga di situasi demikian, Tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Program Studi Magister Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya (UPR) menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).
Di kegiatan tersebut, Tim Abdimas yang terdiri dari Dr. Wahyu E. Setiawan, S.Psi., M.Pd, Dr Luluk Tri Harinie, SE., MM, dan Syahril Uhing, SP melakukan pendampingan berupa pelatihan pembuatan serta penjualan wadi pindang dari ikan patin.
Kegiatan PkM para dosen UPR itu digelar pada Nopember 2020 tadi selama 2 hari. Dalam pelaksanaannya, tim bekerja sama dengan Rina Handayani, SP dan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) Cahaya. Sedangkan peserta kegiatan sebanyak lima ibu rumah tangga warga Jalan Hiu Putih,Kelurahan Bukit Tunggal, Kota Palangka Raya.
Direktur Program Pascasarjana UPR Prof. Dr. Yetrie Ludang, MP, melalui Koordinator Tim Dr. Wahyu E. Setiawan, S.Psi, mengatakan, PkM ini merupakan bagian dari tugas ABDIMAS Megister PLS Program Pascasarjana UPR sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Di sini kita mencoba memberikan penguatan, motivasi, keterampilan penggunaan media, dan entrepreneurship kepada peserta,” ujar Wahyu, Jumat (27/11/2020).
Dijelaskannya, pendampingan yang dilakukan timnya menggunakan pendekatan pembelajaran partisipatif. Pada konsep ini, pendidik dan peserta didik terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
“Dalam Pendidikan Luar Sekolah, pemberdayaan perempuan melalui pendekatan pembelajaran Andragogi ini pada dasarnya diawali dengan penyadaran masyarakat sasaran yang memungkinkan mereka mampu mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan tujuan belajar atau tujuan hidup,” sebutnya.
Wahyu menerangkan, penentuan bentuk pengabdian diawali dengan analisa situasi terhadap kondisi terkini masyarakat, khususnya warga Jalan Hiu Putih, beberapa waktu lalu.
Dari monitoring itu diketahui bahwa pandemi Covid-19 yang diikuti sejumlah pembatasan untuk meminimalisir penyebarannya berpengaruh pada kemampuan ekonomi masyarakat setempat.
“Aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan menjadi agak terganggu. Padahal, ada inisiatif ibu-ibu disini melakukan inovasi dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya,” terang Wahyu.
Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah sendiri memang memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan masyarakat setempat untuk menunjang ekonomi. Salah satunya potensi perikanan, termasuk tingginya produksi peternakan ikan patin di daerah ini.
Potensi tersebut masih belum dimaksimalkan oleh masyarakat sebagai sumber usaha dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Tim Abdimas tertarik melakukan pendampingan melalui program pengabdian masyarakat dengan judul ‘PkM Pendampingan Pelatihan Pengolahan Wadi Pindang’ kepada ibu-ibu rumah tangga di Jalan Hiu Putih,” ujarnya.
Wadi merupakan lauk tradisional Kalimantan yang telah dibuat secara turun temurun. Proses pembuatannya alami dan tanpa penambahan bahan pengawet apapun. Bahannya dipilih dari ikan-ikan yang tersedia sesuai selera, kemudian difermentasi selama sekitar 7 hari hingga siap saji.
Selanjutnya, tim merancang metode pelaksanaan yang meliputi penentuan jadwal pertemuan, persiapan alat, dan bahan.
Peralatan pendukung yang digunakan, antara lain, kompor, wajan, blender, sendok besar, baskom, toples, timbangan, dan pisau. Sedangkan bahan meliputi ikan patin segar, garam, gula merah, beras putih.
Kegiatan pendampingan yang dibagi dalam dua tahap diawali ceramah dan diskusi bersama mitra dan warga binaan. Kemudian, diteruskan dengan pelatihan pembuatan wadi pindang patin.
Di pelatihan tersebut, tim juga melatih para para ibu melakukan pengemasan yang rapi dalam boks-boks siap jual ke konsumen. Proses pemasaran memanfaatkan promosi di media online karena dinilai efektif di masa pandemi Covid-19 saat ini.
“Melalui aplikasi chatting media sosial whatsapp, ibu-ibu rumah tangga mitra Abdimas memiliki kemampuan dan keterampilan dalam membuat interaktif digital promosi bagi produk usahanya yang sesuai dengan pasar saat ini,” terang Wahyu.
Dijelaskannya, motivasi ibu-ibu rumah tangga mengikuti pelatihan ini relatif tinggi. Mereka optimistis pengembangan usaha itu dapat mendatangkan rejeki di saat pandemi Covid-19 saat ini.
Demikian juga dengan penggunaan media sosial bebrbasis dalam jaringan (daring) yang diakui para peserta sangat membantu dalam proses pemasaran. Dalam praktik ini saja, sudah banyak konsumen yang memesan wadi patin dengan merk pemasaran Wadi Patin “Batuah” Bukit Tunggal yang mereka produksi itu untuk dijadikan lauk makan.
Adapun kendala yang masih dihadapi, sebut Wahyu, terutama dalam memotivasi peserta untuk konsisten melakukan pengembangan aktivitas usaha ini.
“Perlu dukungan penuh dari pemerintah dan dinas terkait untuk melakukan pembinaan kelompok-kelompok seperti ini. Sebab, mereka bisa menjadi kader penggerak ekonomi di masyarakat, terutama di masa pandemi seperti saat ini,” sarannya.
Ditambahkannya, hasil pendampingan ini sendiri akan dijadikan salah satu referensi mata kuliah pada Program Studi Megister PLS Program Pascasarjana UPR, di antaranya kewirausahaan dan social entrepreneurship, andragogi dalam pendidikan masyarakat, kajian pemberdayaan masyarakat di daerah gambut dan Daerah Aliran Sungai (DAS). (SAR)
Discussion about this post