KALAMANTHANA, Muara Teweh– Covid-19 masih menjadi momok bagi sebagian besar warga. Wabah yang telah berlangsung setahun lebih ini, membuat semua negara dan warganya kalang kabut.
Berbagai cara terutama 3 M rutin dilakukan supaya tak terpapar virus corona. Namun virus tersebut bisa menyerang siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Begitu pula yang dialami Misrianty seorang guru SDN di Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara.
Pada awal April 2021, Yanti sapaan akrabnya mulai merasa tak enak badan. Nafsu makan menurun. Dia juga merasa kurang darah.
Bertepatan waktu libur sekolah, Yanti mengecek kondisi kesehatan, termasuk menjalani Swab Antigen di salah satu klinik di Muara Teweh. Hasil Swab Antigen positif.
Sejak itu, kondisi tubuhnya terus menurun. “Puncaknya selama lima hari indera penciuman saya tidak berfungsi. Saya tak bisa mencium apa pun. Saya melaporkan kepada tim di RSUD Muara Teweh. Selanjutnya diSwab PCR dan hasilnya positif,” kata Yanti, Kamis (27/5/2021).
Tak pelak lagi, dia harus menjalani karantina. Ini bukan proses mudah, karena Yanti mesti meninggalkan dua putri yang masih anak-anak. Saat bersamaan, sang suami juga dinyatakan positif.
“Saya bertekad cepat sembuh, karena dua tugas penting selalu menanti. Sebagai ibu, saya harus mengasuh anak-anak saya dan sebagai guru, saya terus memikirkan para siswa. Kalau saya sakit berkepanjangan, kasihan para murid tak mendapat materi pelajaran, karena di sekolah kami belum bisa sistem daring (online),” ujar dia.
Dia mulai dikarantina 12 April 2021 sampai dengan 20 April, terhitung delapan hari. Tekad kuat untuk sembuh dan motivasi bisa segera menunaikan tugas menjadi senjata tersendiri melawan virus corona. “Kami diberi vitamin dan obat. Tapi saya dengan inisiatif sendiri meminum daun sirih,” sebut Yanti.
Pesan penting dari Yanti, jika merasa tak enak badan atai sakit, jangan ragu-ragu untuk segera memeriksakan diri. “Covid-19 bukan aib. Kita harus berani melawannya terutama dengan memeriksakan diri jika merasa ada gejala sakit,” ujar dia.
Kini Yanti sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Dia melewati rute puluhan kilo bersepeda motor dari Muara Teweh ke tempat mengajar pulang-pergi setiap hari. Dia mengajar di SDN yang berada di luar kota. Bisa bercengkerama dengan siswa dan kembali menjalani rutinitas sebagai seorang ibu memberi makna tersendiri buat dia.(mel)
Discussion about this post