KALAMANTHANA, Muara Teweh – Ada kata-kata mutiara yang mengatakan, “Aku mencintai ibu karena ia telah memberikanku segalanya. Dia beri aku cinta, dia beri aku jiwanya dan dia memberiku seluruh waktunya”.
Kata-kata mutiara itu juga mungkin yang membuat Anastasia Rusnawati, S.Pd (41) Guru SMPN 2 Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah bersedia mendampingi sang ibu yang dinyatakan terpapar Covid-19 di RSUD Muara Teweh.
Anastasia ketika membuat surat pernyataan bersedia menjaga ibunya, Rusrice Urip (66) berdasarkan hasil tes antigen negatif. Memasuki hari ketiga menjaga orangtua di rumah sakit akhirnya ia juga ikut terpapar Covid-19.
Kepada Kalamanthana.id, beberapa hari yang lewat Anastasia Rusnawati anak tertua dari tiga bersaudara ini bercerita bagaimana awal ia terpapar Covid-19 dan harus mengikuti UP (Ujian Pengetahuan) PPG Daljab yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.
UP merupakan tes akhir setelah lebih kurang empat bulan mengikuti PPG Daljab (Pendididkan Profesi Guru Dalam Jabatan) pada Univeritas Negeri Makasar (UNM).
Berawal pada 30 Agustus 2021 siang, ia mendapat kabar bahwa adiknya di Palangka Raya positif terpapar Covid-19 melalui pememeriksaan antigen. “Seketika saya merasa lemas, karena satu hari sebelumnya kami masih bersama–sama. Dimana ketika itu adik saya sekeluarga baru saja pulang liburan dari rumah orang tua kami di Muara Teweh lebih kurang seminggu lamanya,” ujarnya.
Mendengar kabar si adek terpapar, pada Selasa, 31 Agustus 2021, ia sekeluarga yang merasa kontak langsung dengan adik, memutuskan untuk melakukan pemeriksaan antigen. “Hasil pemeriksaan tersebut semua negatif, tetapi ibu saya ternyata positif,” ujarnya.
Langsung saja mereka menuju ke RSUD Muara Teweh dari apotik tempat mereka tes antigen yang kebetulan posisinya berseberangan dengan rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, dilakukan pemeriksaan dengan standart Covid-19 kepada ibu, karena memiliki riwayat penyakit diabetes militus. Tenaga medis di UGD rumah sakit pun mengarahkan agar Ibunya menjalani rawat inap.
“Malam itu ibu saya menjalani rawat inap di rumah sakit dan saya menanatangani pernyataan kesediaan saya mendampingi ibu saya selama isolasi di rumah sakit, dengan tidak melakukan kontak dengan pihak luar dalam artian selama isolasi saya tidak boleh keluar dari lokasi isolasi tersebut,” cerita Anastasia.
Pada saat mendampingi ibunya rawat inap, ia dan pasien menjalankan protokol kesehatan yang ketat dengan memakai masker dua lapis dengan harapan agar sehat selalu pada saat menemani di rumah sakit.
“Setiap harinya seprei dan sarung bantal saya ganti, selesai mandi ibu saya makan nasi kotak yang telah disediakan rumah sakit bagi pasien rawat inap. Sementara saya setiap harinya mendapat kiriman makanan dari suami maupun adek saya,” kata ibu dari dua orang anak ini.
Memasuki hari ketiga, ia mulai merasakan kurang nyaman badan dengan gejala hidung terasa tersumbat, susah bernapas dan disertai batuk. Badan juga terasa sakit dan yang paling parah penciuman mulai hilang.
Jumat, 3 September 2021 pagi-pagi sekali ia pun turun kelantai satu untuk memeriksakan diri, karena batuk yang ia rasakan sangat mengganggu.
“Kebetulan pagi itu suami saya mengantarkan sarapan, kami bertemu di ruang UGD. Saya kemudian diperiksa oleh perawat dengan menggunakan antigen dan rontgen, dimana hasilnya menyatakan saya positif. Tetapi karna saya sedang mendampingi ibu saya di ruang isolasi, saya minta obat rawat jalan saja,” katanya.
Setelah dua hari dinyatakan positif, dan saat itu kondisi ibunya sudah mulai membaik, sudah bisa melakukan aktivitas sendiri seperti makan dan mandi sendiri, akhirnya ibunya menyarankan agar ia pindah saja ke Isoter (Isolasi terpadu yang diperuntukan bagi penderita Covid-19 ringan) agar bisa mendapat perawatan.
Malam sebelum pindah ke Isoter, Anastasia menceritakan kalau semalaman dirinya tidak bisa tidur karena merasakan sesak dan batu berkepanjangan. Paginya, 6 September 2021 ia meminta izin ke ibunya dan meminta suami untuk menjemput ke rumah sakit dan mengantarkan ke Isoter di bekas Bandara Beringin Muara Teweh.
Setibanya di Isoter ia langsung diperiksa oleh perawat yang bertugas dan diberikan tepat tidur. Di Isoter ia bisa berjemur sehingga merasa nyaman bernapas, karena sinar matahari pagi membuat punggung terasa hangat, batuk yang dirasakan juga berkurang bernapas pun menjadi nyaman.
Tiga kali sehari para tim medis yaitu dokter dan perawat datang memeriksakan kesehatan para pasien Covid-19. “Dokter melihat oksigen saya dibawah standart dan menyarankan jika nanti malam saya mengalami sesak napas, segera hubungi petugas agar di antar ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut,” imbuhnya.
Malam haripun tiba, pada saat semua pasien menempati ranjangnya masing-masing untuk beristirahat, ia berusaha untuk tidur, tetapi kesulitan untuk tidur, karena batuk yang cukup mengganggu.
Ia kemudian pindah tempat yang agak jauh dari pasien lain dan sambil meminum air hangat untuk mengurangi rasa gatal yang ada ditenggorokan. Hingga lewat tengah malam ia masih batuk dan tidak tidur. Sampai jam 02.25 WIB ia pun merasa sesak, berjalan dua langkah pun rasanya lelah sekali.
“Saya keluar kamar dan menemui petugas jaga, saya mencoba menghubungi petugas, namun tidak terhubung. Sehingga saya langsung menghubungi suami saya untuk segera mengantarkan saya ke Rumah Sakit. Malam itu saya langsung dilarikan ke rumah sakit dan mendapat pertolongan dengan Standart Covid-19.
Senin 7 September 2021 adalah hari pertama ia dirawat inap di RSUD ruang isolsi lantai 5. Ia ditempatkan di ruang vip A tanpa pendamping karena suaminya menjaga ayah, anak dan keponakan di rumah yang antigen-nya negatif.
Sementara adiknya yang bungsu dan tinggal di Muara Teweh pada saat bersamaan juga masih dalam tahap pemulihan setelah isoman bersama anak dan suami. Minggu 5 September 2021 ibunya juga sudah bisa menjalani isoman di rumah. Ia masuk ke RSUD Muara Teweh, ibunya sudah bisa pulang ke rumah untuk isoman.
“Selama empat hari saya menggunakan oksigen untuk bernapas, ketika oksigen dilepas benar-benar merasa seperti tidak bernapas. Sehingga saya harus selalu menggunakan oksigen, dengan obat-obatan yang diberikan batuk, flu dan sakit di seluruh badan perlahan-lahan membaik. Pada malam hari saya mengalami kesulitan tidur,” tuturnya.
Jumat 10 September 2021 dokter datang ke ruangan untuk memeriksa, ketika itu ia mulai belajar melepas oksigen. Terdapat buku di hadapan saya, dimana saya sedang persiapan mengikuti UP (Ujian Pengetahuan) PPG Daljab yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.
UP merupakan tes akhir setelah lebih kurang empat bulan mengikuti PPG Daljab (Pendididkan Profesi Guru Dalam Jabatan) pada Univeritas Negeri Makasar (UNM).
“Dokter menyapa saya dengan sangat ramah, membuat saya seketika merasa sembuh. Selanjutnya Ia menanyakan keluhan saya dan menjelaskan terkait perawatan yang harus saya jalani selama di rumah sakit. Saya pun merasa senang dan lega karena dokter menjelaskan tentang perkembangan saya dan masa pengobatan Covid-19 yang harus saya jalani agar benar-benar sembuh kembali,” katanya lagi.
Sabtu 11 September 2021 ia merasa mulai membaik. Mulai duduk di sofa tanpa oksigen. Sesekali ia melihat keluar melalui jendela kaca yang ada di atas sofa.
Tiba-tiba ada pesan masuk melalui WhatsApp, ternyata dari pengawas ruangan UP menawarkan, jika ibu berhalangan/tidak bisa mengikuti UP di tahap 2 ini, bisa mengikuti tahap 3 atau tahap 4. “Tetapi saya merasa keadaan saya sudah membaik dan saya takut mengalami kesulitan dalam mengikuti tahap 3 atau 4, maka saya putuskan untuk tetap menjalani UP tahap 2 ini,” ujarnya.
Minggu 12 September 2021 tibalah saatnya pelaksanaan UP. Pagi-pagi sekali ia mempersiapkan diri, perawat yang sudah ia beritahu sebelumnya bahwa ia ada ujian juga memaklumi kesibukannya pagi itu.
Perawat juga siapkan oksigen di dekat tempat ia ujian yang sudah di desain sendiri dengan memanfaatkan sofa ruangan yang ada. Setelah selesai diperiksa, makan dan minum obat ia menyiapkan laptop untuk ujian yang sudah didowload dan zoom yang ada di gatget untuk pengawas ruangan. Dirinya pun bersyukur selama menjalani ujian semua berjalan lancar hingga ujian berakhir. Dan tinggal menunggu hasil pengumuman hasil ujian yang diperkirakan keluar bulan Desember nanti.
15 September 2021 pagi ia menjalani pemeriksaan rontgen. Dokter menyatakan bahwa hasilnya baik, dan setelah menyelesaikan obat dosis terakhir besoknya diperbolehkan pulang dan menjalani isolasi mandiri dirumah, sampai menununjukan hasil swab negatif.
“Pada 16 September 2021 saya pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga, meskipun kamar yang berbeda, karena isolasi,” katanya dengan bahagia.
Anastasia Rusnawati mengingatkan bahwa Covid-19 itu ada, jadi jangan pernah kendor untuk mematuhi protokol kesehatan seperti apa yang dianjurkan oleh pemerintah. “Selalu patuhi protokol kesehatan dan sehat selalu,” tutupnya. (Melkianus HE/Sun Rise)
Discussion about this post