KALAMANTHANA, Muara Teweh – Pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak di Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah, tinggal 2 hari lagi. Namun yang mencuat justru bau busuk dugaan politik uang (money politics), bukan pendidikan politik sehingga para pemilih sadar akan pilihan, konsekuensi, dan tanggung jawabnya.
Informasi yang dihimpun kalamanthana.id, indikasi adanya politik uang tercium di Kecamatan Teweh Timur dan Teweh Tengah.
Calon tertentu mengiming-imingi warga dengan uang untuk memilih dirinya. Calon bergerak melalui tim sukses dan penyandang dana di belakangnya.
Bukan cuma politik uang, intimidasi juga mulai berjalan. Tangan-tangan kuat bergentanyangan untuk meminta calon mundur dari pilkades dan diberi kompensasi uang mundur sampai ratusan juta rupiah.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Gerakan Pemuda Dayak (Gerdayak) Barito Utara juga Pengamat Sosial Politik, Saprudin S Tingan, mewanti-wanti para pemilih agar tak menggadaikan hak konstitusionalnya cuma demi uang.
Baca Juga: Pilkades Serentak Barito Utara: 6 Hari Lagi, 249 Calon Bertarung di 73 Desa
“Jangan tergiur janji-janji manis. Hindari politik transaksional, karena pemilih atau rakyat tidak bisa dibeli dengan uang tetapi dengan hasil kerja. Pilih calon yang kredibel dan dapat dipercaya,” ujar Kotin, sapaan akrabnya.
Saprudin juga mengingatkan institusi penegak hukum dan panitia penyelenggara pilkades, bisa mengambil tindakan tegas jika calon terbukti menggunakan politik uang.
“Jangan ragu-ragu dan takut. Siapa pun calon yang ketahuan memakai politik uang apalagi intimidatif terhadap calon lain, segera usut dan tangkap. Kelangsungan NKRI jauh lebih penting, karena kita ingin menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, mulai dari bawah sampai ke atas, ” kata Saprudin kepada kalamanthana.id, Selasa (17/5/2022).
Pegiat hukum sekaligus pengelola LSM Rumpun Dayakarsa Mandiri Kalimantan Tengah berpusat di Muara Teweh, Yudan Baya, mengatakan sebagai bentuk kontrol sosial, pihaknya meminta dalam rangka pilkades serentak di Barut, para calon dan tim suksesnya tak lagi bermain politik uang melainkan harus bersaing dengan ide, pola pikir, dan gagasan untuk menghasilkan program desa berkualitas.
“Ini seperti kaset rusak kedengarannya, tetapi saya tidak akan bosan mengingatkan masyarakat desa juga harus jeli dengan calon kepala desanya. Jangan terima diiming uang oleh calon kades,” kata Yudan, Selasa malam.
Yudan memastikan, politik uang berujung pada kesengsaraan warga, karena mereka tak lagi diperhatikan oleh calon terpilih. Terbukti banyak desa kaya dengan hasil alam, tetapi warganya tetap miskin dan terbelakang.
“Sudah banyak buktinya, karena calon merasa telah membeli suara pemilih dengan uang. Selanjutnya calon yang terpilih secara transaksional akan asyik mengisi kantong pribadinya untuk mengembalikan uang yang keluar saat pilkades dan mencari keuntungan ekonomi dari jabatannya,” ujar Yudan.(MELKIANUS HE)
Discussion about this post