KALAMANTHANA, Muara Teweh – Beredar informasi di media sosial terkait permasalahan pembayaran tali asih lahan pertambangan batu bara perusahaan PT Pada Idi yang beroperasi di wilayah Kecamatan Lahei Barat dan Lahei, Kabupaten Barito Utara.
Menanggapi informasi tersebut managemen PT Pada Idi sambangi Sekretariat PWI Barito Utara, Senin (21/4/2025) untuk menyampaikan informasi terkait permasalahn tersebut.
External PT Pada Idi, Menang Jaya didampingi Landcom External, Bahana Edwin menjelaskan secara rinci kronologi permasalahan lahan kelompok Diansyah Cs yang diklaim oleh Rudi Hartono, Isah, Junaidi dan Tony Efendi dengan total luas 190,68 Hektar.
“Intinya perusahaan siap memberikan tali asih kepada pemilik lahan yang sah dan sudah clean and clear,” kata Menang Jaya.
Menurutnya, object klaim lahan Rudi Hartono seluas 38,95 hektar tersebut tumpang tindih dengan 14 orang lainnya, dan sebagian sudah diberikan tali asih. Sedangkan object klaim lahan Isah seluas 26,95 hektar tumpang tindih dengan 13 orang lainnya.
Selanjutnya untuk object klaim lahan Junaidi seluas 69,73 hektar tumpang tindih dengan 23 orang lainnya yang juga mengaku memiliki lahan tersebut dengan luasan bervariasi antara 0,55 hingga belasan hektar. Demikian juga dengan object klaim lahan Tony Efendi seluas 55,05 hektar yang tumpang tindih dengan 19 nama/orang lainnya.
Dijelaskannya, PT. Pada Idi mengantongi 2 izin PPKH yaitu : No. SK.428/MENLHK/SETJEN/PLA.0/7/2019 ( 08 Juli 2019) ( 997,16 HA) dan No. SK.438/Menlhk/Setjen/PLA.0/8/2021 ( 5 Agustus 2021 ) (854,32 HA)
Masa berlaku sampai 09 April 2027 (Untuk keduanya) serta PT. Pada Idi sebagai Pemegang Ijin PPKH mempunyai kewajiban membayar setiap tahunnya PNPB IPPKH, Membayar Dana Reboisasi (DR) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Jaminan Reklamasi dan Pasca Tambang.
“Selain itu dibebankan lagi kewajiban pelaksanaan reklamasi dan rehabilitasi hutan DAS. Yang mana nilainya tidak sedikit, ” kata Menang Jaya.
Perusahaan kata dia punya standar nilai penggantian tanah tumbuh (Kompensasi Lahan Garap Masyarakat) sesuai kemampuan perusahaan.
SOP perusahaan dalam proses pemberian tali asih /kompensasi lahan garap sudah melalui tahapan2 verifikasi yang benar dan melibatkan pihak desa dan pihak terkait lainnya dengan mengedepankan musyawarah mufakat dan tidak akan melakukan pembayaran 2 atau 3 Kali terhadap lahan yang bertumpang tindih.
“Yang dibayar perusahaan adalah lahan yang sudah berstatus clear and clean,” tegas Menang Jaya.
Terhadap permintaan dari salah satu pemilik lahan yang meminta perusahaan berhenti melakukan aktfitas operasional. “Perusahaan tidak akan melakukannya, karena akan berdampak besar terhadap nasib pekerja (Karyawan) PT. Pada Idi beserta Kontraktor yang berjumlah kurang lebih 750 orang,” paparnya.
Menang Jaya juga mengimbau kepada tokoh masyarakat atau lembaga, agar jangan memberikan statement yang asal keluar jika tidak mengetahui situasi ataupun keseluruhan tahapan-tahapan mengenai permasalahan lahan. (sly)
Discussion about this post