KALAMANTHANA, Yogyakarta— Dalam upaya memperkuat sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Barito Utara melakukan kunjungan kerja ke Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi langkah awal untuk membuka peluang kolaborasi antardaerah demi kemajuan UMKM lokal.
Dipimpin oleh Wakil Ketua I dan II DPRD Barito Utara, rombongan yang juga terdiri dari anggota DPRD dan perwakilan Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Nakertranskop UKM, menggali informasi seputar strategi pengelolaan UMKM di Yogyakarta yang telah terbukti sukses menopang perekonomian daerah.
Wakil Ketua II DPRD Barito Utara, Hj Henny Rosgiaty Rusli, mengungkapkan kekagumannya terhadap capaian Kota Yogyakarta. Meski tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, kota tersebut mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan.
“APBD mereka hanya sekitar Rp2,3 triliun, tapi PAD bisa mencapai Rp1,6 triliun. Ini menjadi bukti bahwa sektor UMKM dan pariwisata yang dikelola dengan baik bisa menjadi sumber pendapatan utama,” ujarnya.
Sebaliknya, Barito Utara yang kaya akan potensi SDA seperti rotan, kayu, karet, dan sawit, menurut Hj Henny, belum mampu memaksimalkan pengolahan dan pemasaran produk. Produk lokal masih didominasi bahan mentah tanpa nilai tambah berarti.
“Kita perlu belajar dari Yogyakarta yang mampu mengemas produk UMKM secara profesional dan terarah, bahkan berkontribusi langsung terhadap PAD mereka,” tambahnya.
Dalam pertemuan tersebut, diskusi juga menyinggung tantangan utama yang dihadapi pelaku UMKM di Barito Utara, salah satunya adalah pemasaran. Anggota DPRD Patih Herman AB menyampaikan bahwa meski pelatihan seperti membatik sudah dilakukan, akses pasar masih menjadi hambatan besar.
“Melalui kunjungan ini, kami juga diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pameran di Yogyakarta. Ini akan sangat membantu pelaku UMKM kami memperluas jaringan dan memperkenalkan produk ke luar daerah,” jelasnya.
Selain strategi pemasaran, digitalisasi dan legalitas produk juga menjadi fokus pembelajaran. Menurut Hj Henny, UMKM di Yogyakarta sudah memanfaatkan aplikasi digital dan mayoritas telah terdaftar secara resmi. Hal ini menjadi target yang tengah dikejar UMKM Barito Utara.
Ia juga menyoroti pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual, khususnya pada produk khas seperti anyaman rotan dari Kecamatan Gunung Purei yang sempat diklaim oleh provinsi tetangga.
“Kami ingin produk kita memiliki identitas yang kuat, terlindungi secara hukum, dan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional,” tegas Henny.
Kunjungan ini menjadi tonggak awal untuk membuka ruang kerjasama lebih luas antara Barito Utara dan Kota Yogyakarta, khususnya dalam pengembangan UMKM yang berbasis potensi lokal dan strategi pemasaran modern. (sly)
Discussion about this post