KALAMANTHANA, Penajam – Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Yusran Aspar membuka acara pesta adat Belian Paser Nondoi Erai Pemekkat 16-23 Desember 2016 di lapangan Pasar Induk Nenang, Kecamatan Penajam, Jumat (16/12/2016).
Menurut Yusran, Nondoi adalah peringatan ketika masyarakat suku paser sedah panen (panen padi) dan mereka bersyukur atas hasil panen. Mereka bersih-bersih kampung, ada kegiatan pengobatan tradisional, ada tolak bala dan sebaginya. Intinya adalah untuk ketenangan kampung.
“Budaya ini tentu saja harus kita lestarikan karena bagian dari budaya inilah yang mempererat kesatuan dan persatuan bangsa ini,” kata Yusran.
Dikatakan Yusran selain ingin mandiri atau berdaulat di bidang politik dan ekonomi, kita juga seharusnya berkepribadian dalam budaya. Sebab, budaya itu merupakan pemersatu bangsa. Dengan budaya bisa membedakan bangsa ini dengan bangsa lain.
“Pemerintah daerah, khususnya PPU, pastilah mendukung semua kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan budaya. Persoalanya dalam situasi defisit seperti saat ini, mari kita sama-sama memahami, sama-sama memikul beban, berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan, termasuk kegiatan budaya, dengan gotong royong sesuai dengan falsafat “erai pemekkat satu pendapat, satu pemikiran, satu tujuan, kita laksanakan kegiatan ini. Insya Allah akan menjadi ringan dan terlaksana dengan baik,” katanya.
Pasca kegiatan, Bupati Yusran Aspar menambahkan pesta adat Belian Paser Nondoi Erai Pemekkat menjadi aset daerah, apalagi suku Paser merupakan suku asli Kabupaten PPU. Yang pasti setiap tahun akan diadakan.Tetapi, dikatakan Yusran, budaya ini menjadi nilai-nilai kehidupan, bukan hanya sebatas acara seremonial.
“Budaya itu banyak nilai-nilai yang baik untuk kehidupan. Kadang kala kita hanya sebatas seremonial. Misalnya orang tua dulu, kalau kita lewat, musti begini (permisi). Dalam bahasa Bugisnya tabe. Sekarang, mana ada lagi? Apalagi anak muda lewat-lewat aja, budaya lain misalnya suku Paser seingat saya dia habis panen itu dia simpan ada di belakang rumah, dia butuh dia pakai sesuai kebutuhan. Itu budaya. Sekarang ini mana ada, dapat padi jual habis. Begitulah suku-suku Paser saya lihat saat ini,” kata Bupati.
Tambah Yusran, budaya lain suku Paser yang dirinya ketahui begitu di balik tangganya, (tangganya panjang) tangga kayu tidak ada yang ambil atau yang curi aman. Itulah nilai-nilai budaya. Kita ingin kepribadian kita berdasarkan budaya itu.
“Saya akan mensupport budaya Paser. Saya katakan tadi menjadi kehidupan dan bukan hanya acara seremonial saja. Harapan saya ke depan, pesta ini bisa mendatangkan turis. Saya kira bisa saja terjadi sepanjang nilai-nilai budaya yang dikembangkan memang ahli dan orang tertarik untuk mempelajari. Untuk melihat bukan sekedar hura-hura, apalagi pemberosan. Intinya ada nilai-nilai di dalamnya,” tutup Yusran.
Pembukaan pesta adat Belian Paser Nondoi ini dihadiri Ketua Adat Suku Paser baik pusat maupun daerah, Wakil Ketua II DPRD PPU Syahruddin M Noor, Kepala Disbudpar Ady Irawan, Dandim 0913/PPU Letkol Czi Adi Suryanto, Wakapolres PPU Kompol Nina Ike Herawati, tokoh agama, ormas, serta sejumlah kepala SKPD di lingkungan Pemkab PPU. (hr)
Discussion about this post