KALAMANTHANA, Penajam – Sedikitnya 161 orang warga dari 36 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, terdampak bau gas menyengat yang muncul dari kebocoran pipa gas milik Pertamina.
Sejauh ini, belum ada warga tersebut yang diungsikan. Mereka tetap bertahan di wilayah RT 07 itu. Pihak pemerintah PPU memberikan kantuan konsumsi untuk para korban tersebut.
Sekretaris Kabupaten PPU, Tohar, menginginkan warga tak terlalu lama terkena dampak dari kebocoran pipa tersebut. Pemerintah Kabupaten PPU akan berusaha membantu menanggulangi meski tanggung jawab utama ada di pihak Pertamina.
“Kami menginginkan adanya langkah konkret dari Pertamina. Sudah jelas kebocoran yang terjadi itu pipa minyak milik Pertamina,” tegas Tohar ketika sampai di lokasi kebocoran pipa Kamis sore.
Kebocoran pipa milik Pertamina yang melintasi sungai di RT 4-7 Kelurahan Nenang, Kamis (5/4/2018) menimbulkan bau yang cukup menyengat di sepanjang sungai yang berada di lokasi tersebut. Bahkan air sungai tampak berminyak.
Tohar turun ke lapangan. Dia terlihat marah kepada salah satu staf Pertamina yang berada di lokasi tersebut akibat lambannya penanganan dari pihak Pertamina.
“Ini kejadianya kapan? Kejadiannya tadi pagi. Ini saya hubungi kepala Pertamina Terminal Lawe-Lawe. Kejadian tadi pagi kok baru sekarang dihubungi menajemen atas, bagaimana ceritanya,” tegas Tohar.
Menurut Tohar BPBD merupakan tindakan yang kedua untuk menangani hal ini. Yang harus bergerak cepat itu pihak Pertamina karena pipa bocor tersebut nyata milik Pertamina. Dia minta agar pihak Pertamina tidak bermain-main seperti halnya kejadian seperti di Teluk Balikpapan, di awal tidak mengakui tetapi akhirnya mengakui pipanya bocor serta dampaknya melebar kemana-mana. Bukan hanya di wilayah perairan Kota Balikpapan, bahkan juga perairan di Kabupaten PPU, bahkan menimbukan korban jiwa.
Kepada salah satu media televisi lokal, Tohar mengatakan dirinya tidak emosional kepada pihak staf Pertamina tetapi hanya tegangan tinggi. “Tadi pagi sudah diketahui, kenapa baru sekarang menelpon kepala Pertamina yang berada di Terminal Lawe-lawe? Ini langkah lambat. Saya minta sekarang pertama lokalisir jangan sampai melebar terkait dampak lingkungan dan yang kedua lokalisir, jangan sampai meluas masyarakat terdampak,” pungkas Tohar. (hr/myu)
Discussion about this post