KALAMANTHANA, Muara Teweh – Apa yang dialami Hartati dan Upik, dua karyawan PT Berjaya Agro Kalimantan (BAK) masih lebih baik ketimbang karyawan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Nasib rekan mereka ini lebih menyedihkan.
Upik menyebutkan karyawan asal NTT terpaksa hanya memberi makan buah cempedak kepada anak-anaknya. Pasalnya, stok berar sudah habis. Tempat berutang pun sudah tak tak ada lagi.
“Kasihan mereka yang dari timur. Nasibnya lebih mengenaskan. Bulan lalu sempat ada pastor dan warga memberikan bantuan beras. Sekarang sudah habis. Jadi, mereka hanya makan cempedak dicampur air atau mencari daun-daunan yang bisa dijadikan makanan,” kata Upik dan Hartati.
Nasib karyawan PT BAK Camp Kamawen, Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, ini memang menyedihkan. Sejak September-Oktober 2018, perusahaan tidak mampu lagi membayar gajinya sekitar Rp2,5 juta per bulan.
Hartati bahkan merasa tidak ada lagi harapan yang bisa dipertaruhkan di perusahaan sawit yang beroperasi sejak 2005 ini. Ia sudah bekerja keras dari pagi sampai petang, demi mengais rezeki. Ternyata, hasilnya mengecewakan.
“Anak saya tidak bisa minum susu, karena tidak ada uang, gantinya minum teh. Itu pun saya titipkan sama adik saya di kampung, dekat lokasi kebun. Kalau ada tukang pentol atau tukang bakso ke lokasi kebun, kami suruh pergi, karena khawatir anak-anak minta jajan. Darimana kami dapat uang untuk beli jajan anak,” ujarnya kepada KALAMANTHANA, kemarin.
Nasib tragis juga dialami wanita lainnya, sebut saja Ny Upik (41), istri seorang karyawan PT BAK. Ia terpaksa memberhentikan putrinya dari sekolah TK, karena tidak ada lagi uang untuk biaya sekolah. “Uang SPP tiga bulan tidak bisa dibayar, dari sekolah terus ditagih, sehingga saya putuskan anak saya berhenti sekolah,” katanya dengan nada sedih. (mel)
Discussion about this post