KALAMANTHANA, Palangka Raya – Fakta bahwa Kalimantan Tengah kini memiliki salah satu lokalisasi prostitusi tertinggi di Indonesia membuat malu sebagian warganya. Mereka pun menantang Gubernur Sugianto Sabran untuk menutup lokalisasi tersebut.
“Gubernur baru jangan hanya keras terhadap narkoba, seharusnya juga terhadap tempat-tempat prostitusi itu. Sebab, lokalisasi itu tetap saja sebuah penyakit masyarakat yang harus diberantas,” ujar Agus Suranto, salah seorang warga Palangka Raya, Jumat (3/6/2016).
Di Palangka Raya sendiri terdapat lokalisasi Pal 12 yang legendaris dan nyaris tak terusik. Selain itu, di kawasan pinggiran juga terdapat warung remang-remang yang biasa digunakan untuk indehoy.
“Kalau betul Kalteng menjadi salah satu tempat yang memiliki lokalisasi terbanyak, tentu malu juga kita sebagai warganya,” kata Rini, warga Palangka Raya lainnya.
Dia pun meminta pemerintahan baru di bawah Sugianto dan Habib Said Ismail untuk bertindak tegas menutup tempat-tempat prostitusi itu. “Di Kaltim saja gubernurnya bisa menutup tempat begituan, masa di Kalteng tidak,” tambahnya.
Berdasarkan catatan Kementerian Sosial, dari total 168 titik lokalisasi di Tanah Air, sebanyak 99 titik lokalisasi telah ditutup oleh pemerintah pusat yang bekerja sama dengan pemerintah provinsi maupun daerah.
Sebelum ini, Jatim merupakan provinsi terbanyak memiliki pusat prostitusi dengan 47 titik, namun saat ini telah tuntas seluruh penutupannya dan patut menjadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia. Begitu Jatim menutup lokalisasi, predikat daerah dengan lokalisasi tertinggi ada di Kaltim. Tapi, kini Kaltim menutup semua lokalisasi, lalu siapa yang paling banyak punya tempat prostitusi itu?
Kalimantan Tengah ternyata berada pada jajaran atas. Bukan yang teratas karena masih ada Jawa Barat di atasnya. “Sekarang yang tertinggi adalah Jawa Barat dengan 11 titik, Kalimantan Tengah 10 titik, Kepulauan Riau 10 titik, Riau sembilan titik, serta menyebar di beberapa daerah antara satu hingga empat titik lokalisasi,” kata Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut.
Bukan tidak ada penutupan lokalisasi di Kalteng. Rabu (1/6/2016) lalu, Pemerintah Kotawaringin Barat (Kobar) resmi menutup tempat prostitusi Simpang Kodok. Ada sekitar 30 bangunan yang diratakan dengan tanah meskipun mendapat perlawanan dari pemiliknya. Penutupan tempat prostitusi di perbatasan Kelurahan Baru, Kecamatan Pangkalan Lada dengan Desa Purbasari, Kecamatan Arut Selatan itu dilakukan tim terpadu yang melibatkan TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polres Kobar, Satpol PP, Tagana, Karang Taruna, KNPI, dan instansi terkait. Bupati Bambang Purwanto memimpin langsung penutupan tersebut. (ik)
Discussion about this post