KALAMANTHANA, Sampit – Menempuh perjalanan panjang, meniti jalur-jalur riam dengan arus deras sungai berbatu, menuju Desa Tumbang Gagu,Kecamatan Antang Kalang, merupakan modal awal dalam melihat situasi dan harapan pembangunan kedepan bagi desa-desa di pedalaman khususnya di daerah pemilihan lima.
Hal ini dilakukan oleh Calon Bupati Kotawaringin Timur Muhammad Rudini Darwan Ali demi memperjuangkan program kerjanya bersama H.Samsudin atau dikenal Kotim Bercahaya ketika mendapat amanah rakyat nantinya pada 9 Desember 2020 mendatang.
Betang Tumbang Gagu merupakan saksi sejarah, bahwa pembangunan Infrastruktur di Kotim selama ini dinilai belum merata dirasakan oleh warga masyarakat desa setempat dan sekitarnya. Selain memakan banyak biaya, menuju aset wisata yang di cap milik daerah itupun sangat memakan tenaga, ditambah suasana asri desa sepanjang DAS tersebut masih terlihat dengan jelas dimana belum terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang masih masuk dalam kategori tertinggal itu.
Dalam hal ini Rudini Darwan Ali dalam kunjungannya tersebut mempunyai inisiatif kedepannya agar jalur transportasi darat,(Infrastruktur) dan juga ekonomi jangka, panjang, sisi kesehatan dan pendidikan, juga yang terpenting mata penceharian yang legal, dan tidak terlalu beresiko bagi masyarakat di wilayah itu harus benar-benar menjadi planning prioritas pasangan calon Bupati dan wakil Bupati nomor urut 04 Rudini-Samsudin ketika mereka mendapatkan kepercayaan masyarakat.
“Daerah dapil lima ini menurut kami sangat-sangat kaya, sumber daya alamnya masih melimpah, potensinya sangar besar, hanya memang masih belum terkelola, kendala-kendalanya kami semenjak berada di lembaga legislatif dulu sudah memahami, dan pasti akan kita carikan solusi karena disana secara umumnya merupakan sumber terbesar PAD kita kedepan sebenarnya,” ungkap Rudini Darwan Ali, Rabu (28/10/2020).
Bahkan Rudini juga sangat tegas atas apa yang dia lihat dan sejauh apa yang sudah terpantau di beberapa titik daerah dapil 5 tersebut, menurutnya perlu adanya program khusus menyangkut pengelolaan wilayah kedepannya, agar masyarakat disana mendapatkan apa yang menjadi harapan besar seluruh lapisan masyarakat disana selama ini.
“Terimakasih juga kepada warga masyarakat yang antusias menerima kunjungan saya disana, dan insyaallah mudahan Allah memudahkan langkah kita menuju Kotim Bercahaya nantinya, apa yang sudah saya lihat dilapangan selama perjalanan kunjungan disana akan menjadi bahan didalam program kerja Kotim Bercahaya nantinya, yang paling pitak menurut kami, akses jalur darat, listrik, ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat disana dan juga kebutuhan pokok pemerintahan nantinya ketika ingin mengembangkan Tumbang Gagu menjadi aset wisata yang di kenal dunia,” tukasnya.
Atas apa yang menjadi agenda kerjanya nanti itu Rudini mendapatkan sambutan hangat dari (Didit) salah-satu tokoh pemuda setempat yang tak lain merupakan keturunan pemilik sekaligus pendiri Betang Tumbang Gagu (Labuan Udung Antang) yang masih terlihat dalam kondisi rusak parah dan tidak terawat itu.
Didit dalam menyampaikan harapan kepada Kotim Bercahaya yang mana terlihat di dalam video hasil Ekspedisi tim Rudini Darwan Ali tersebut sangat sedih melihat dan turut merasakan perjuangan masyarakat setempat untuk bertahan hidup salama ini.
“Terimakasih bang Rudini sudah mau meninjau secara langsung daerah kami ini, tanpa melalui timses-timses, beginilah sikon realitanya kita disini, bang Rudini kalau ada butir di Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kami disini belum merasakannya keadilan itu,”ungkap Didit dihadapan para tokoh termasuk Calon Bupati Kotim Rudini Darwan Ali.
Bahkan Didit mengakui hingga saat ini masyarakat didaerahnya itu masih dijajah dalam kemiskinan. Itupun diungkapkannya mengingat infrastruktur penunjang kesejahteraan masyarakat, seperti jalan darat, pekerjaan di berbagai bidang, dan lainnya yang mana selalu di gadang-gadang oleh pemerintah pusat maupun daerah selama ini, belum juga ada dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat disana.
“Kami disini masih dijajah kemiskinan, bang Rudini, bahkan sampai saat ini masyarakat kami disini mencari uang susah payah, dan pekerjaan kami disini bisa dibilang ilegal, karena contohnya menambang emas itu sudah dilarang, kerja kayu juga kalau di lihat dari sisi aturannya melanggar hukum, membakar lahanpun dilarang, kalau semuanya dilarang lalu kami disini mau kerja apa, apalagi akses kami sangat terbatas, seharusnya kami disini sudah bisa menempuh jalur darat,” tutupnya. (drm)
Discussion about this post