Fenomena Supply Chain Komoditas Jagung
Masalah ketersediaan komoditas jagung bagi para peternak unggas menjadi isu terkini yang mempengaruhi para peternak unggas. Berbagai pandangan tentang kelangkaan komoditas jagung menimbulkan kegaduhan para pengusaha ternak unggas, bahkan adanya perbedaan pandangan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Pandangan Kementerian Pertanian (Kementan) bahwa kenaikan harga jagung disebabkan karena stok jagung tidak ada, hal itu membuat pasokan jagung terganggu (Kompas.com., 2021). Perbedaan pandangan tentang komoditas harga jagung, Data Kementan mencatat stok ada 2,3 juta ton. Jumlah ini tersebar di Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebanyak 722 ribu ton. Lalu, di pengepul 744 ribu ton, di agen 423 ribu ton, dan sisanya di usaha lain sampai eceran ke rumah tangga. penyebab harga jagung tinggi adalah disparitas harga antara harga acuan pembelian (HAP) dari Kementerian Perdagangan dengan harga yang ada di pasaran (CNN Indonesia, 2021).
Hambatan Supply Chain pada Komoditas Jagung
Permintaan komoditas jagung untuk pakan ternak yang terus meningkat namun kurang didukung stok jagung yang memadai berdampak multiplier effect bagi perekonomian masyarakat bahkan menimbulkan efek luas berskala nasional. Hal ini karena ada kecenderungan menurunkan kapasitas produksi peternak unggas yang berakibat kelesuan pelaku usaha karena kurangnya pakan ternak. Untuk mengantisipasi kelangkaan pemasok komoditas jagung, pemerintah telah melakukan berbagai macam cara yang salah satunya dengan mengimpor komoditas jagung sebagai upaya untuk memenuhi permintaan tersebut.
Kondisi saat ini pasar jagung lebih didominasi oleh pedagang besar dan pedagang besar ini yang akan memasok ke pabrik pakan ternak. Petani memiliki akses terbatas hanya pada pedagang pengumpul atau pedagang eceran sehingga jangkauan petani relatif lebih sempit dan berdampak pada aksesibilitas petani terhadap keterbatasan informasi harga. Disisi yang lain produk jagung tidak bisa disimpan terlalu lama sehingga petani jagung harus menjual produk jagungnya tersebut kepada pedagang besar ataupun industri yang memiliki permodalan yang besar denga harga yang telah ditentukan dibandingkan menjualnya kepasaran atau kepada pedagang kecil atau pengecer.
Situasi masalah yang terjadi tersebut berakibat kelangkaan pada stok jagung. Hal ini berpengaruh ada peranan supply chain pada Komoditas Jagung, karena arus distribusi yang terhambat akibat ketersediaan komoditas jagung tersebut hilang dari pasaran, bahkan kalaupun ada harga jagung di pasaran meningkat tinggi.
Pengendalian Supply Chain pada Komoditas Jagung
Pengendalian supply chain pada Komoditas Jagung sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi sekarang ini, karena rantai pemasok merupakan serangkaian aktivitas yang terhubung dengan arus komoditas jagung, arus informasi, dan arus uang yang melewati batas antar organisasi. Rantai pemasok bukan hanya terbatas pada pabrikan dan para supliernya saja namun juga termasuk dukungan transportasi, pergudangan, pengecer, hingga sampai ke peternak unggas.
Hal ini membutuhkan peranan pemerintah untuk mengatasi arus yang terhambat tersebut. Terutama memeriksa dari hulu dan kehilir maupun sebaliknya sumbatan supply chain pada tingkat yang mana menjadi sumber hambatan tersebut untuk segera diperbaiki. Dukungan kebijakan oleh pemerintah untuk memperbaiki manajemen rantai pasok menjadi urgensi yang harus dilaksanakan secara konsekuan dan berkesinambungan dari tingkat pusat maupun daerah. Sasaran pengembangan jagung yang direncanakan ini untuk meningkatkan produksi jagung dan kualitas jagung untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak. Salah satu upaya yang perlu dilaksanakan dengan menjaga ketersediaan jagung agar tidak putus. Salah satu yang dapat diwujudkan dengan pembukaan lahan untuk tanaman jagung, adanya benih jagung murah, subsidi pupuk di masing-masing daerah, serta pengadaan peralatan pertanian di masing-masing daerah sehingga adanya ketersediaan jagung yang mampu memenuhi permintaan pasar.
Dony Oktariswan
Penulis adalah Mahasiswa Doktoral Ilmu Manajemen Universitas Negeri Jakarta
Discussion about this post