KALAMANTHANA, Muara Teweh – Diduga aktivitas tambang yang merusak ekosistem sungai terus bermunculan di Kabupaten Barito Utara (Barut), Provinsi Kalimantan Tengah.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi (sumber : Wikipedia).
Paling anyar muncul keluhan dari warga Desa Muara Inu, Kecamatan Lahei, karena air Sungai Palili berubah menjadi keruh, sejak adanya aktivitas tambang oleh PT Pada Idi.
Tak cukup itu saja, warga juga menemukan banyak ikan mati di Sungai Palili. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi warga menghubungkan dengan adanya tambang batu bara di sekitar wilayah tersebut.
Masalah di Sungai Palili mencuat ke permukaan, setelah seorang warga memviralkan lewat akun Facebook, Senin (25/7).
Dalam Facebook disebutkan terkait video yang beredar di FB seputar Barito Utara, Pak Bupati sudah mendapat laporan langsung masyarakat dan disampaikan ke pihak PT Pada Idi. Perusahaan responsif dan segera melakukan pertemuan dengan pihak Kades Desa Muara Inu untuk segera membuat sumur air bersih untuk masyarakat.
Ada suara pria dalam tayangan video menyebutkan, “Keruh.. air keruh. Semua ikan-ikan yang ada di sungai ini mati. Nah ini imbas dari perusahaan batu bara, ” demikian narasi suara sang pria terekam dalam video.
Para netizen lalu beramai-ramai mengomentari postingan berdurasi 58 detik tersebut. “Airnya gak bisa dikonsumsi, ” komen Handran Christian.
Kepala Desa Muara Inu, Hernedi, saat diminta tanggapan mengatakan, Desa Muara Inu adalah desa terbesar di wilayah Kecamatan Lahei yang diapit oleh sungai besar yaitu Sungai Inu dan Sungai Palili. Di dalam sungai tersebut terdapat beberapa perusahaan yang melakukan aktivitas perusahaan.
“Sungai yang diapload di FB tersebut adalah Sungai Palili yang mana di dalam sungai tersebut ada aktivitas tambang PT Pada Idi, ” kata Kades Hernedi kepada Kalamanthana, Senin siang.
Hernedi menambahkan, Sungai Palili mempunyai banyak anak sungai seperti Sungai Balangkuung, Sungai Bapu, Sungai Palawan Mea, dan Sungai Draya. Semuanya bermuara di Sungai Palili, letak muara sungai di ujung kampung Desa Muara Inu.
“Memang betul saat ini Sungai Palili sangat-sangat tercemar dengan kondisi air yang sangat keruh dan banyak ikan mati. Bahkan Sungai Palili yang dulu tempat warga Desa Muara Inu mencari nafkah seperti memancing, menjala, dan mencari nafkah lain, sekarang sudah tidak bisa lagi karena air tercemar dan sangat keruh. Dahulu air sungai digunakan masyarakat untuk konsumsi, ” jelas Hernedi.
Kades Muara Inu menegaskan, Pemerintah Desa dan warga Muara Inu berharap kepada pihak perusahaan dan Pemkab Barut mencari solusi yang terbaik untuk masyarakat. “Rencana dalam waktu dekat ini kami akan melakukan musyawarah dengan BPD dan tokoh masyarakat untuk menyikapi Sungai Palili yang keruh. Akan kita buat daftar hadir dan berita acara nanti serta surat resmi ke perusahaan dan Pemerintah Daerah, ” sebut Hernedi.
3 pihak dari PT Pada Idi dimintai konfirmasi tentang masalah ini, sejak Senin siang, tetapi tak ada jawaban. “Saya sudah tidak di Pada Idi. Bapak, saran saya ke camp langsung saja ya, ” kata salah satu sumber media ini yang sebelumnya dikenal sebagai eksternal perusahaan tersebut.
Sekadar diketahui, manajemen PT Pada Idi tergolong sukses menegosiasi masalah dengan pihak eksternal. Sebelum dugaan air Sungai Palili keruh mencuat, PT Pada Idi baru saja menyelesaikan satu masalah eksternal yang melibatkan berbagai pihak. PT Pada Idi sampai mengeluarkan kompensasi relatif besar. “Ada salah satu pihak menerima kompensasi Rp650.000.000 terkait penyelesaian satu masalah eksternal. Semoga sekarang perusahaan tersebut bisa juga menyediakan sumber air bersih kepada warga Muara Inu,” kata sumber media ini, Senin siang.(MELKIANUS HE)
Discussion about this post