KALAMANTHANA, Muara Teweh – Angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara dan kayu mulai bisa melewati jalur di bawah jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah setelah dua pekan dilarang melintasi kawasan tersebut.
“Debit air Sungai Barito mulai turun, tranportasi sungai, terutama bertonase besar aman melintasi bawah jembatan,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Lalulintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDP) pada Dinas Perrhubungan, Komunikasi dan Infromatika Barito Utara, Nurdin, di Muara Teweh, Sabtu (12/3/2016).
Ia mengatakan, ketinggian air pedalaman Sungai Barito kini mulai normal pada Sabtu (12/3) pagi, skala tinggi air (STA) Muara Teweh menunjukkan angka 11,20 meter.
Sebelumnya angkutan dilarang melintasi jembatan tersebut di atas normal mencapai 12,90 meter yang menunjukkan, angka di atas normal sehingga tidak bisa melewati bagian bawah jembatan sepanjang 270 meter dengan lebar lima meter berkonstruksi baja Australia yang dibangun tahun 1990.
“Sejak kemarin larangan berlayar bagi angkutan kapal dan tongkang sudah kami cabut, karena debit air Sungai Barito mulai turun,” tegas Nurdin.
Meski pedalaman Sungai aman bagi pelayaran, angkutan tongkang bermuatan batubara yang berlayar ke hilir dan sebaliknya, tongkang kosong ke hulu masih belum terlihat ramai.
Sejumlah kapal dan tongkang mengangkut batu bara milik perusahaan yang berlokasi di wilayah Kabupaen Barito Utara dan Murung Raya kini mulai berlayar, sebelumnya terpaksa bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito.
Menurut Nurdin, mungkin pekan depan angkutan tambang dan kayu mulai ramai lagi, karena sebagian tongkang yang sebelumnya tidak bisa muat batu bara sudah melakukan aktivitas.
“Memang selama ini pedalaman Sungai Barito merupakan sarana satu-satunya untuk mengangkut sumber daya alam keluar daerah,” jelasnya.
Sejumlah tongkang yang bermuatan batu bara milik perusahaan pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) dan Kuasa Pertambangan di dua kabupaten paling utara Kalteng itu.
“Pedalaman Sungai Barito kini sulit diprediksi bisa saja sebelumnya debit air naik, namun pekan depan bisa surut. Masalah inilah yang menjadi kendala angkutan tambang tidak maksimal,” katanya. (fir)