KALAMANTHANA, Samarinda – Kepala Kampung Marancang Ulu, Kecamatan Gunung Tabur, Andi Marpai, dihubungi dari Samarinda, Senin sore, tidak menampik bahwa meninggalnya 10 warga di Kampung Marancang Ulu tersebut diduga akibat adanya praktik ilmu hitam.
Namun, ia menyatakan selama ini tidak ada perselisihan antarwarga yang terjadi di Kampung Marancang Ulu tersebut.
“Memang ada indikasi ke arah sana (ilmu hitam) sebab ada kejanggalan pada kematian 10 warga tersebut. Secara pasti, dua yang meninggal akibat kesurupan dan delapan orang lainnya karena sakit, tetapi ada yang sempat kesurupan kemudian sadar lalu menderita sakit dan kurang dari 12 jam setelah di bawah ke rumah sakit, warga tersebut akhirnya meninggal,” katanya.
“Ada isu di tengah masyarakat bahwa setidaknya 41 yang akan dijadikan tumbal. Inilah yang menjadi ketakukan warga sehingga kami meminta bantuan Pemkab Berau untuk mencari solusi hingga hari ini dlaksanakan rukyah,” ujar Andi Marpai.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau drg Totoh Hermanto dihubungi dari Samarinda pada Minggu (20/3), membenarkan adanya informasi 10 warga di Kampung Marancang Ulu, Kecamatan Gunung Tabur, meninggal yang sebagian diduga akibat kesurupan.
“Memang benar ada 10 warga meninggal di Kampung Marancang Ulu dalam kurun waktu sebulan terakhir. Tetapi, karena itu akibat kesurupan sehingga dari tinjauan medis kami tidak bisa menganalisanya,” ujar Totoh.
Ia juga membenarkan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau telah menurunkan tim untuk mengecek langsung kasus meninggalnya 10 warga Kampung Marancang Ulu itu.
“Tim dari Pemkab Berau telah melibatkan puskesmas setempat untuk mengecek informasi meninggalnya 10 warga tersebut,” kata Totoh.
Kapolres Berau Ajun Komisaris Besar Anggi Yulianto Putro, dikonfirmasi, juga membenarkan adanya warga yang meninggal diduga akibat kesurupan tersebut.
Namun, polisi masih melakukan pengecekan untuk memastikan penyebab kematian 10 warga Kampung Marancang Ulu.
“Memang benar ada informasi 10 warga meninggal di Kampung Marancang Ulu. Namun, kami masih melakukan pengecekan di lapangan untuk memastikan informasi apakah betul ke-10 warga tersebut meninggal akibat kesurupan atau faktor lain,” kata Anggi.
Ia menyatakan perlu dilakukan rukyh setelah warga merasa ketakutan akibat meninggalnya 10 orang secara beruntun selama kurun waktu 47 hari terakhir.
“Sejak meninggalnya 10 warga secara berentetan kurun waktu 47 hari terakhir, ada suasana ketakukan di tengah masyarakat. Bahkan, tidak ada yang berani keluar malam setelah pukul 22.00 Wita sehingga suasana kampung kami terasa mencekam,” kata Andi Marpai.
Maka, Pemerintah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, melaksanakan rukyah atau pengobatan secara Islam, menyusul peristiwa meninggalnya 10 warga Kampung Marancang Ulu yang sebagian diduga akibat kesurupan.
“Kami memang sudah meminta bantuan Pemerintah Kabupaten Berau agar mencari solusi terkait meninggalnya 10 warga tersebut, apakah bisa dilakukan secara medis atau ada penanganan khusus. Jadi, rukyah yang dilaksanakan pemerintah kabupaten hari ini sebagai salah satu upaya untuk mengatasi ketakukan dan kecemasan warga,” ujarnya.
Rukyah massal itu dihadiri Wakil Bupati Berau Agus Tantomo serta perwakilan dari Polres.
“Wakil Bupati Agus Tantomo serta perwakilan dari Polres Berau langsung hadir menyaksikan proses rukyah tersebut. Warga yang menjalani rukyah sebanyak 80 orang,” tutur Andi Marpai.