MENTERI Pariwisata Arief Yahya sadar betul, meeting, incentives, conferences, and exhibitions (MICE) bakal jadi tumpuan ke depan. Dia pun menyambut positif lahirnya Indonesia Convention and Exhibition Bureau (Inaceb). Di Kalimantan, hanya Balikpapan yang jadi destinasi utama.
MICE, menurut Arief, punya potensi besar. Banyak asosiasi, perusahaan, pemerintahan, dan event yang butuh menggelar pertemuan sekaligus berwisata. “Bagi industri, itu penting untuk menjaga okupansi hotel di saat weekday yang sering melorot,” kata Arief.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berusaha menjaga semua aspek yang terkait. Salah satunya menyambut positif lahirnya Inaceb di Indonesia.
Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan, Azwir Malaon menjelaskan, Inaceb merupakan organisasi yang bisa memecahkan permasalahan yang ada di industri MICE Indonesia sehingga dapat meningkatkan daya saing destinasi berbasis sumber daya daerah. “Inaceb merupakan sebuah solusi,” tambah Azwir.
Azwir mengatakan, permasalahan utama mengapa industri MICE di Indonesia kurang berkembang dan dipromosikan dengan baik. Selama ini tidak adanya lembaga khusus yang menanganinya, atau semacam biro konvensi. Maka dari itu, Kemenpar menyambut baik lahirnya Inaceb. “Indonesia harus memiliki sebuah convention bureau. Ini merupakan hal yang wajib dan sangat diperlukan,” ujarnya.
Negara tetangga sudah memilikinya lebih dulu. Malaysia punya Malaysia Convention and Exhibition Bureau (MYCEB). Sedangkan Thailand juga memiliki lembaga tersebut dengan nama Thailand Convention & Exhibition Bureau (TCEB).
“Terbentuknya Inaceb tentu saja akan membawa dampak baik kepada destinasi MICE. Ini adalah hasil usaha yang keras dari semua pihak hasil kerjasama dengan cara merapatkan barisan,” ujar Azwir.
Azwir berharap industri MICE di Indonesia dapat ditangani lebih baik dan dipromosikan secara tepat. Selain itu, 16 destinasi MICE yang telah ditetapkan oleh pemerintah juga dapat dibenahi secara tepat guna, sesuai dengan keunggulan setiap destinasi tersebut.
Azwir menambahkan, industri MICE merupakan salah satu sektor yang berpotensi mendatangkan turis mancanegara dalam jumlah besar dan memberikan dampak ekonomi yang cukup luas. Target mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019 tentunya tidak dapat dicapai hanya mengandalkan wisatawan leisure semata.
“Wisatawan leisure datang dalam jumlah yang cukup besar, dan hanya berkunjung saat peak season. Sementara itu, wisatawan bisnis (business travel) datang dalam jumlah yang sangat besar, dan memberikan dampak ekonomi tujuh kali lipat lebih besar dibandingkan wisatawan leisure,” ujarnya.
MICE memberi kontribusi pendapatan hingga 40% di sektor pariwisata Indonesia. Pasar ini juga terus mencatat pertumbuhan 20% per tahun.
Indonesia layak menjadi surga MICE dunia. Mengapa? Negara ini menawarkan pelayanan berkualitas tinggi, namun berbiaya lebih rendah dibanding negara lain dan hal itu menjadi pertimbangan menarik bagi tamu.
Indonesia juga memiliki budaya eksotis, pemandangan alam, kegiatan variatif, layanan personal mewah berkelas dunia, sight seeing, kuliner lezat, belanja dengan nilai mata uang terjangkau, ramah tamah, hingga suasana yang nyaman penuh kekeluargaan.
Ada dua badan dunia yang memberi peringkat destinasi MICE, yaitu International Congress and Convention Association (ICCA) dan Union of International Associations (UIA). ICCA merupakan organisasi dunia perhimpunan para penyelenggara konvensi dan kongres menyatakan bahwa nilai belanja wisatawan MICE besarnya tujuh kali lipat dibanding nilai belanja wisatawan yang berlibur biasa. Wisatawan MICE merupakan sosok yang berpengaruh karena menduduki jabatan papan atas dalam organisasinya.
ICCA sering digunakan sebagai parameter pelaku industri MICE. Organisasi ini menetapkan peringkat dunia berdasarkan negara dan kota. Jika dilihat berdasarkan kota, Bali dan Jakarta termasuk dua destinasi MICE utama Indonesia di mata dunia.
Kementerian Pariwisata telah menetapkan 16 destinasi MICE di Indonesia yang terus dilakukan pengkajian. Destinasi tersebut yakni Jakarta, Bali (Denpasar dan Nusa Dua), Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Batam, Medan, Lombok, Bintan, Manado, Solo, Sumatera Barat (Padang dan Bukittinggi), Palembang dan Balikpapan. (*)