TANTANGAN sumber daya manusia sektor pariwisata terus menanjak. Karena itulah Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan (Deputi BPKK) Kemenpar menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata se-Indonesia di Hotel Harmoni One Center Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Tema yang diangkat adalah Peningkatan Kualitas dan Daya Saing lulusan SMK Pariwisata di era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Acara itu dilaksanakan tiga hari, 30 Maret hingga 1 April 2016. “Intinya menyamakan persepsi, menyatukan agenda dan menyelaraskan program. Makanya seluruh SMK kami kumpulkan di sini. Tujuannya, siap menghadapi semua tantangan dunia pariwisata melalui SDM-SDM yang ready,” tegas Ahman Sya, Deputi Kelembagaan Kemenpar.
Rakornas ini diikuti 400 peserta dari perwakilan SMK Pariwisata seluruh Indonesia, perwakilan kementerian/lembaga yang terkait dengan pengembangan SDM. Jebolan S2 di Belgia ini menyebutkan pihaknya juga membahas sejumlah agenda utama seputar komitmen para stakeholder khususnya lembaga pendidikan dalam mencetak SDM pariwisata berkualitas agar mampu bersaing di pasar kerja era pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Menpar Arief Yahya memang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM pariwisata yang tahun ini. Karena pasar pariwisata mulai terus menggeliat dan tumbuh. “Industri terus berkembang, supplay SDM yang handal harus dipersiapkan matang,” kata Arief Yahya, orang nomor satu di Kemenpar itu.
Keinginan itu diwujudkan dalam program kegiatan antara lain memfasilitasi kegiatan sertifikasi bagi 35.000 tenaga kerja sektor pariwisata. “Angka ini terus digenjot menuju kenaikan 100% dari target tahun 2015 yang lalu sebanyak 17.500 tenaga kerja. Kita tidak boleh kalah dari negara-negara lain,” kata pria asli Banyuwangi itu.
Kemenpar juga memfasilitasi pendirian Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bidang pariwisata di 34 provinsi serta pelatihan dasar pariwisata untuk 17.600 orang di seluruh Indonesia. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi wisatawan yang tahun ini mentargetkan kedatangan 12 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 260 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus).
Pelatihan dasar pariwisata antara lain berupa pemberian pemahaman dan pelatihan penerapan Sapta Pesona yakni meliputi keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan, keramahtamahan, dan kenangan SDM untuk menciptakan pelayanan prima bagi wisatawan.
“Tentunya ini akan menjadi bagian dari peningkatan daya saing. Nantinya manusia-manusia terdidik di bidang Pariwisata ini juga bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat sekitar destinasi wisata, betapa pentingnya Sapta Pesona untuk Pariwisata Indonesia,” kata Ahman Sya.
Tahun lalu daya saing SDM pariwisata Indonesia di tingkat ASEAN masih berada di ranking 5 di bawah Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina, sedangkan di tingkat dunia berada di rangking 53 dari 141 negara atau jauh tertinggal dari Singapura di ranking 3 dan Filipina di ranking 42 dunia.
Ahman menambahkan, upaya meningkatkan daya saing itu, sejumlah kelemahan SDM pariwisata kita harus diperbaiki terutama dalam hal penguasaan bahasa Inggris. “SDM pariwisata kita masih lemah dalam tiga hal yakni; penguasaan bahasa asing terutama Inggris, teknologi informasi (IT), maupun manajerial. Untuk meningkatkan kualitas SDM pariwisata kita, tiga hal ini menjadi fokus perhatian,” kata dia.
Melalui Rakornas SMK Pariwisata, imbuh Ahman, akan menjadi komitmen bersama antara pemerintah dan stakeholder khususnya bidang pendidikan untuk mendukung program penciptaan SDM pariwisata berkualitas agar dapat memenangkan persaingan. Tenaga kerja pariwisata Indonesia diharapkan akan mudah mengisi peluang kerja di sektor pariwisata khususnya untuk 38 job titles yang telah disepakati bersama dalam Mutual Recognation Arrangement (MRA) Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Pemerintah menetapkan sektor pariwisata sebagai leading sector karena industri jasa ini menghasilkan devisa dan menciptakan lapangan kerja yang besar. Tahun ini target pariwisata mendatangkan 12 juta wisman dan 260 juta pergerakan wisnus serta akan menghasilkan devisa sebesar Rp 172,8 triliun dan serapannya 11,7 juta tenaga kerja.
“Kita harus mengubah nasib lewat semangat. Para sekolah jangan meluluskan siswanya kalau tidak kompeten,” pungkasnya. (*)