MENTERI Pariwisata Arief Yahya menyambut positif semangat Wakatobi untuk menjadi Badan Otorita Pariwisata. Itu adalah pintu menuju pengembangan kawasan yang paling cepat.
“Saya percaya, selama ini Wakatobi sudah dikembangkan sebagai destinasi wisata. Pak Bupati Hugua juga semangat dan komitmen di pariwisata,” jelas Arief.
Hugua sering menyebut dirinya “gila-gilaan” membangun Wakatobi dari nol. Bahkan harus “setengah gila” kalau tidak mau gagal di tengah jalan. Menpar Arief menyadari itu, bahkan sejak dilantik Oktober 2014 lalu, edisi “gila kerja” juga sudah dijalani di Kemenpar. Istilahnya berangkat kantor pagi, pulang sudah pagi lagi. “Saya bercaya, hasil yang luar biasa caranya pasti tidak biasa. Hasil yang luar biasa hanya bisa didapatkan dengan cara yang tidak biasa,” kata Arief.
Maknanya sebenarnya sama. Harus banyak terobosan, banyak ide inovatif, yang bisa mrlompat lebih tinggi, berlari lebih kencang, dan konsisten. “Semangat yang tinggi akan mencari jalannya sendiri untuk sukses! Saya sudah bisa membayangkan, sulitnya dulu ketika mrmulai menempatkan pariwisata sebagai leading sector. Pasti banyak pertentangan, pro kontra, dan sebangsanya. Tapi fase itu sudah dilewati 5-10 tahun silam,” ungkap Menpar.
Yang dibutuhkan saat ini adalah percepatan, akselerasi. Sudah ada contohnya, Toba, yang skemanya akan dikeroyok lintas kementerian juga. Infrastruktur dasar, jalan, listrik, air, dengan Kemen PU PR, dermaga dan bandara dengan Kemenhub. Konservasi bawah laut dengan KKP dan Kemen LHK. Soal status lahan dengan Kemen Agraria. “BOP inilah yang akan mendata dan mengurus akses dan menjaga atraksi,” kata dia.
Sedang swasta, atau private sector yang akan menanamkan modalnya ke amenitas, seperti hotel, resort, convention hall, golf course, resto, cafe dan transportasi lokalnya. Masyarakat juga akan menerima manfaat langsung. Bisa melalui homestay, persewaan mobil motor, pemancingan, sewa perahu, snorkeling diving, supplay makanan minuman, kesenian, pentas budaya, souvenir, mechendising, pemandu wisata dan lainnya.
“Pesan saya, khusus Wakatobi ini adalah jagalah harmoni dan keselarasan ekosistem alam. Ingat semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Mantan Dirut PT Telkom ini.
Gagasan untuk menyatukan dan mengemas beberaoa objek wisata kabupaten sekitarnya menjadi satu paket, itu juga disambut positif. Itu yang biasa disebut Indonesia Incorporated. Bersatu untuk Merah Putih, mengabaikan ego sektoral, ego daerah. “Saya senang, spirit ini sudah menguat di daerah-daerah. Sinergi itu akan menguatkan,” kata Menpar Arief Yahya.
Selain 3A, atraksi, akses dan amenitas, juga ada satu hal yang terpenting. CEO Commitment, komitmen pemimpin daerahnya, bupati dan walikotanya. Kalau itu bisa direalisasi, Menpar yakin Makatobi bisa lebih cepat dari 10 top destinasi yang lain. Cepat atau lambat, itu tergantung dari komitmen dan keseriusan kepala daerahnya. Jika berniat, tidak ada yang bisa menghalangi.
Menpar juga yakin, soal atraksi pariwisata alam dan budaya di beberapa kabupaten itu, tidak perlu diragukan. Pasti “layak jual” dan menarik wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Tutup mata soal atraksi, sudah pasti menarik. “Hanya akses dan amenitas yang pasti belum bisa diandalkan. Saya selalu berawal dari akhir, mengawali sesuatu, dari situasi terakhir. Maka dua titik itulah yang harus didahulukan,” kata dia.
Secara paralel, proses membereskan akses dan amenitas itu, pihaknya akan mempromosikan paket Wakatobi Plus lebih gencar lagi. Lalu menegosiasi airlines dari mana saja, untuk bisa direct flight ke Wakatobi. Dari internal sendiri, peningkatan kapasitas SDM juga dilakukan, pada semua industri pariwisata di daerah. “Semua dilakukan secara simultan,” kata Menpar. (*)