KALAMANTHANA, Banjarmasin – Akademisi Universitas Palangka Raya Kalimantan Tengah Prof Dr HM Norsanie Darlan MS PH menyarankan sebaiknya perguruan tinggi melakukan tes urine terlebih dahulu dalam penerimaan calon mahasiswa (cama).
“Tes urine tersebut untuk mengetahui, apakah cama itu mengonsumsi narkoba. Bila mengonsumsi narkoba, maka agar perguruan tinggi tersebut menolak menerima cama itu,” sarannya dalam percakapan dengan Antara Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Minggu.
Saran Guru Besar Unpar itu berkaitan dengan musim pendaftaran cama baru pada berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta di Indonesia belakangan ini, dengan pelamarnya cukup beragam.
Menurut Koordinator Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kalimantan Tengah (Kalteng) itu, tes urine atau menghindari cama narkoba tersebut penting agar citra perguruan tingginya tetap terjaga dan tidak bagaikan peribahasa terbeli kucing dalam karung.
Sebab, lanjut dia, kalau perguruan tinggi kecolongan, seperti sampai menerima mahasiswa narkoba bisa berdampak luas, bukan cuma pada kalangan sesama mahasiswa lain dan kampus itu sendiri, tapi juga kepada masyarakat umum.
“Lebih dari itu mau kemana negara dan bangsa ini, kalau generasinya sebagai colon intelektual mendatang adalah orang-orang yang mengonsumsi narkoba,” ujar laki-laki asal Desa Anjir Serapat Kabupaten Kapuas, Kalteng tersebut.
Karena, lanjut profesor yang berkarir mulai dari pegawai rendahan itu, kemungkinan lima lima tahun ke depan, cama-cama tersebut akan menjadi sarjana S1 yang notabene tergolong intelektual.
Oleh sebab itu pula, sebaiknya perguruan tinggi lebih berhati-hati dalam menerima cama baru. “Karena kalau sudah terlanjur menerima mahasiswa narkoba misalnya, bisa bagaikan makan buah si mala kama – membuang sayang dan dimakan tak enak.
Mantan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Provinsi Kalteng itu berdapat, mungkin ada baiknya kalau secara berkala/sewaktu-waktu dengan dadakan perguruan tinggi tersebut melakukan tes urine kepada mahasiswanya.
“Begitu pula terhadap keluarga besar perguruan tinggi lainnya, seperti karyawan dan dosen, mungkin tidak salah tes urine, apakah juga pengonsumsi narkoba,” tambah Norsanie Dalan. (ant/ama)