KALAMANTHANA, Banjarmasin – Bukan tak ada harga mahal yang harus ditebus untuk mendongkrak harga karet Kalimantan. Berkurangnya volume ekspor membuat karet menumpuk di banyak wilayah.
Harga karet alam naik dari Rp12 ribu jadi Rp16 ribu. Naiknya harga karet antara lain disebabkan kerja sama strategis tiga negara produsen, yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Caranya adalah dengan mengurangi volume ekspor sebesar 615 ribu ton setiap bulannya dan akan dipertahankan sampai Agustus 2016. Di Kalimantan Selatan dan Tengah, volume ekspor itu dikurangi 80 ribu ton setiap bulan.
Tetapi, bukan berarti tak ada risiko di balik keputusan tersebut. Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalimantan Selatan dan Tengah, Andreas Winata di Banjarmasin, Minggu (24/4/2016), mengakui pengurangan tersebut bukanlah jumlah yang sedikit, sehingga perlu perhitungan yang tepat bagi pengusaha, untuk mengatur kuota pengiriman karet tersebut.
“Dengan terdongkraknya harga, saya harap sebagian petani yang sebelumnya mulai meninggalkan ladangnya, kembali menyadap karet,” katanya.
Mengatasi berlimpahnya karet di daerah akibat pengurangan tersebut, kata dia, pengusaha kini lebih selektif untuk melakukan pembelian, jangan sampah bokar-bokar menumpuk di dalam gudang.
Sehingga, kata dia, pengusahapun akan lebih selektif untuk menerima pembelian bokar dengan kualitas bagus, dengan harapan akan mampu melatih petani untuk bisa menghasilkan bokar lebih bagus dan bersih.
Selama ini, bokar dari petani banyak bercampur kerikil dan sampah lainnya, sehingga harganyapun menjadi rendah. (ant/akm)