KALAMANTHANA, Jakarta – Untuk kedua kalinya, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperpanjang masa penahanan Bupati Nonaktif Kutai Kartanegara, Rita Widyasari. Dia akan ditahan hingga 4 Februari tahun depan.
“Hari ini dilakukan perpanjangan penahanan untuk Rita Widyasari dan Khairudin selama 30 hari, mulai 4 Januari sampai 4 Februari 2018,” ujar Juru Bicara KPK, Febri Diansyah kepada wartawan di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (19/12/2017). Khairudin adalah Komisaris PT Media Bangun Bersama yang ikut terjerat kasus serupa.
Rita Widyasari pun membenarkan adanya perpanjangan masa penahanan ini. Karena itu, dia tak lama berada di Gedung KPK. Dia mengaku hanya menandatangani perpanjangan masa penahanannya. Menurut Rita, dirinya bakal ditahan sampai 2 Februari 2018.
Rita, juga Khairudin, mulai ditahan KPK sejak 6 Oktober 2017 lalu. Masa penahanannya pertama selama 20 hari habis sehingga pada 25 Oktober KPK memutuskan memperpanjang masa penahanan menjadi 40 hari. Kini, KPK pun kembali memperpanjang masa penahanan itu menjadi 30 hari.
KPK telah menetapkan Rita Widyasari dan dua orang lainnya sebagai tersangka dugaan suap dan penerimaan gratifikasi di Kabupaten Kutai Kertanegara. Dua orang lainnya adalah Khairudin dan pengusaha Samarinda, Hery Susanto Gun.
Berdasarkan pengembangan penyidikan, KPK menemukan bukti permulaan yang cukup adanya tindak pidana korupsi penerimaan gratifikasi sehingga KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dengan tiga orang tersangka.
Diduga sebagai pihak penerima dalam kasus suap, yaitu Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari sementara diduga sebagai pemberi, yakni Direktur Utama PT Sawit Golden Prima Hery Susanto Gun.
Sedangkan diduga sebagai penerima gratifikasi, yakni Rita Widyasari dan komisaris PT Media Bangun Bersama Khairudin.
Hery Susanto Gun diduga memberikan uang sejumlah Rp6 miliar kepada kepada Rita Widyasari terkait pemberikan izin lokasi untuk keperluan inti dan plasma perkebunan kelapa sawit di Desa Kupang Baru, Kecamatan Muara Kaman kepada PT Sawit Golden Prima.
Suap diduga diterima sekitar bulan Juli dan Agustus 2010 dan diindikasikan ditujukan untuk memuluskan proses perizinan lokasi terhadap PT Sawit Golden Prima.
Selain itu, Rita Widyasari dan Khairudin diduga bersama-sama menerima gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas dan kewajibannya. Yaitu berupa uang sebesar 775 ribu dolar AS atau setara Rp6,975 miliar berkaitan dengan sejumlah proyek di Kutai Kartanegara selama masa jabatan tersangka.
Sebagai penerima, Rita Widyasari disangkakan Pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 UU No 31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sedangkan pihak pemberi Hery Susanto Gun disangkakan pasal 5 ayat 1 huruf atau huruf b atau pasal 13 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sementara sebagai pihak penerima gratifikasi Rita Widyasari dan Khairudin disangkakan Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1. (ik)
Discussion about this post