KALAMANTHANA, Muara Teweh – Lamban dan selalu reaktif, bukan antisipatif. Setelah media massa memberitakan adanya korban demam berdarah dengue alias DBD di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, kini barulah dinas kesehatan setempat bereaksi untuk melakukan pengasapan (fogging)
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Barut, Nurman mengatakan, pihaknya siap menindaklanjuti kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Barut. Caranya, setiap terjadi kasus yang mengarah kepada penyakit menular, salah satunya DBD, maka pihaknya segera ke lokasi umtuk melakukan fogging.
“Kami telah bekerjasama dengan pihak RSUD Muara Teweh, sehingga apabila terjadi kasus DBD, maka kami akan menerima laporan dan hasil pemeriksaan dari RSUD. Kami segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan fogging,” ujar Nurman di Muara Teweh, Rabu (29/8/2018).
Selain melakukan fogging, sebut Nurman, petugas kesehatan yang turun ke lapangan dianjurkan untuk melakukan sosialisasi terlebih dahulu dan memberikan himbauan kepada warga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3D Plus.
Program PSN yaitu menguras dengan membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dan lain-lain. Menutup yakni menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lainnya. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat pengembangbiakan nyamuk DBD.
Adapun 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga di Jalan Teratai Kelurahan Melayu bernama Ibrahim mengatakan, seorang putrinya terpaksa dirawat di RSUD Muara Teweh selama enam hari pada awal Agustus 2018, karena terkena DBD. “Anak saya masuk opname sampai enam hari, karena DBD. Tetapi sampai hari ini belum ada penyemprotan atau fogging di tempat kami. Saya tidak tahu kenapa,” katanya.(mel)