KALAMANTHANA, Pulang Pisau – Produksi padi di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Kalimantan Tengah terancam turun pada tahun 2020. Pasalnya, sejumlah petani Kecamatan Pandih Batu mengalami gagal tanam, akibat naiknya pirit di lahan pertanian mereka.
Salah satunya Desa Gadabung Kecamatan Pandih Batu yang merupakan salah satu lumbung padi di Bumi Handep Hapakat. Kondisi ini membuat petani di wilayah itu menjerit.
“Empat hektare lahan saya gagal tanam. Kerana kondisi air yang cukup tinggi. Akibat gagal tanam itu, saya mengalami kerugian cukup besar,” kata Imam, salah satu petani di desa tersebut.
Imam mengaku, biasanya dalam satu kali musim tanam dirinya bisa panen padi sebanyak 5,65 ton per hektare. “Kerugian saya sekitar Rp20 juta lebih. Itu hanya untuk bibit dan operasional. Untuk pupuk belum terhitung. Satu Hektar biasanya kalau paneh bisa sampai 5 ton lebih. Kalau empat hektare, sudah berapa?,” tanyanya.
Imam mengaku, dari seluruh lahan pertanian di desanya ada sekitar 30 persen lebih yang mengalami gagal tanam. “Padinya tidak mau tumbuh, karena pirit naik. Ini terjadi karena adanya kemarau panjang yang mengakibatkan tanam sempat kering,” ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan, terkait kondisi itu, gabungan kelompok tani sudah melaporkan permasalahan tersebut ke Dinas Pertanian Pulang Pisau. Namun sampai saat ini belum ada tanggapan.
Padahal, lanjutnya, pihaknya menginginkan adanya solusi dari Dinas Pertanian untuk mengatasi masalah tersebut.
Memang, lanjut dia, yang paling bagus untuk mengatasi hal itu adalah pencucian lahan melalui air hujan. Namun itu juga memerlukan waktu. Dia mengaku tidak menginginkan kejadian serupa terulang lagi saat kemarau panjang.
“Kejadian semacam ini pernah terjadi sekitar empat tahun lalu dan sekarang terulang lagi setelah adanya kemarau panjang. Kalau memang ada obat, apa obatnya yang bisa dipergunakan untuk mempercepat pemulihan kondisi tanah,” harapnya.
Untuk itu dia mengusulkan, ke depan ada pembuatan sumur bor di sawah. Sehingga saat terjadi kemarau panjang bisa dilakukan untuk mengairi sawah. Sehingga lahan tidak teroksidasi dan pirit tidak naik.
Namun, lanjut dia, sumur itu dengan kedalaman 100 meter lebih. Karena untuk mendapatkan air dengan PH yang ideal, kedalamannya harus 100 meter lebih. Kalau kurang dalam, airnya juga banyak mengandung zat besi yang bersifat racun bagi tanah dan tanaman.
“Kita juga kalau boleh mengusulkan agar kolam di area persawahan juga difungsikan kembali. Sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kenaikan pirit, kolam itu bisa difungsikan,” tutupnya.
Selain desa Gadabung, ada beberapa desa lainnya yang mengalami hal serupa. Di antaranya, Desa Belanti Siam, Pantik dan Desa Sanggang. (app)
Discussion about this post