KALAMANTHANA, Palangka Raya – Harga cabai di Kota Palangka Raya melonjak drastis hingga 150 persen dari Rp40.000 menjadi Rp100.000 per kilogram pada awal tahun 2025. Lonjakan harga ini memicu Pemerintah Kota menggelar rapat koordinasi pengendalian inflasi darurat.
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Kota Palangka Raya Arbert Tombak memimpin rapat koordinasi pengendalian inflasi tahun 2025 di Ruang Peteng Karuhei I, Kantor Wali Kota, Senin (6/1/2025).
“Kenaikan harga ini terjadi hampir di seluruh Indonesia akibat terbatasnya pasokan cabai, terutama karena pasokan dari luar daerah,” kata Arbert kepada wartawan, Senin (6/1).
Arbert menjelaskan, terbatasnya pasokan cabai dari daerah pemasok utama menjadi penyebab utama lonjakan harga. Harga yang sudah tinggi di daerah asal turut memengaruhi harga cabai di Palangka Raya.
Meski demikian, Pj Sekda optimis kondisi ini bersifat sementara dan harga akan kembali normal dalam waktu dekat.
“Dalam waktu dekat sudah normal, tapi sampai hari ini masyarakat kita masih belum ada keluhan tentang itu,” tambahnya.
Ikan Gabus Ikut Naik
Selain cabai, harga ikan gabus juga mengalami kenaikan dari Rp50.000 menjadi Rp55.000 per kilogram. Arbert mengungkapkan pasokan ikan gabus menurun akibat kondisi air di perairan tawar yang sedang naik sehingga memengaruhi hasil tangkapan.
Faktor lain yang turut memengaruhi situasi pasar adalah adanya kegiatan haul yang membuat pasar sepi dan aktivitas jual beli berkurang.
“Haul satu pengaruh, tidak ada yang jualan. Kalau pasokan juga cukup di pasar subuh kan masih tersedia. Ini tidak ada, karena terbatas pasokan,” ucapnya.
Tim Pengendali Inflasi Daerah Bergerak
Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus memantau kondisi ini untuk memastikan kestabilan harga.
Rapat koordinasi ini diharapkan menjadi solusi efektif mengatasi tantangan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif. (Mit)
Discussion about this post