KONSUL Jenderal (Konjen) RI untuk Australia Barat, Ade Padmo Sarwono mengapresiasi cara pintar Kemenpar dalam menggaet pasar yacht atau perahu pesiar Australia. Negeri Kanguru adalah pasar marine tourism yang sangat besar. Kota-kota di Aussie yang terkenal dan maju, selalu di tepi laut, punya pantai, dan warganya hobi dengan bahari.
“Karena itu, cara promosi Wonderful Indonesia for Yachter Community Australia 2016 itu sangat efektif,” kata Ade Padmo Sarwono. Tentu, Ade tak asal bicara. Karena faktanya, ada ribuan yacht yang betebaran di Darwin, Perth, Sydney, Melbourne, Adelaide, Brisbane, dan kota-kota pesisir lainnya. “Lihat saja di semua kota pesisir itu, banyak sekali marina atau pangkalan yacht di dermaga yang airnya tenang,” ungkapnya.
Selama ini, kaum jetset Australia itu banyak yang datang ke Indonesia menggunakan yacht. Namun parkirnya di Singapura. “Promosi di Yachter Community Australia itu sangat mengena. Apalagi langsung ke Hillarys Yacht Club, Mandurah Offshore Fishing and Sailing Club serta Geraldton Yacht Club. Komunitas-komunitas tadi punya ribuan anggota. Bayangkan efeknya,” tambah Ade.
Potensi pemasukan dari wisata yacht memang tergolong sangat besar. Saat komunitas yacht tiba di satu destinasi, maka yang mereka dilakukan adalah berbelanja. Sekadar gambaran, satu yacht itu rata-rata menghabiskan Rp1 miliar untuk sailing. Dan Indonesia, sangat mungkin bisa menggaet ribuan yacht tiap tahunnya mengingat letak geografis yang sangat strategis. Indonesia ada di antara dua samudera besar.
Itu artinya, cirvum navigasi dunia yang diperkirakan melibatkan lebih dari 10 ribu kapal, sangat tergantung dengan Indonesia. Terutama Indonesia Timur yang coral-nya merupakan dua per tiga dari terumbu karang dunia. “Dari Labuan Bajo, Wakatobi, Raja Ampat, Halmahera, Takabonerate, Buton, Selayar, sampai ke Sumbawa, Lombok, adalah dive dan snorkel site hebat di dunia,” jelas Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya juga menjelaskan, pemasaran yang sama juga dilakukan di Singapura dan Hong Kong. Mereka yang sedang dalam planning berlayar ke Australia dan Filipina, bisa singgah dan menikmati keindahan bawah laut Indonesia. “Responsnya sangat bagus. Kami sedang berusaha memperbanyak marina atau pangkalan yacht di Indonesia Timur,” ungkap Arief Yahya yang mantan Dirut PT Telkom ini.
Dan sekarang, birokrasi sandar ke beragam pelabuhan di Indonesia tak lagi seruwet dulu. Saat ini, sudah ada Peraturan Presiden105/2015 yang memayungi pengurusan dokumen CIQP (custom, immigration,quarantine, port) di 18 pelabuhan. Ke-18 pelabuhan sebagai titik keluar-masuk perahu pesiar yang diatur dalam Perpres tersebut adalah Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Banda Bintan Telani (Bintan), Tanjung Pandan, (Belitung), Sunda Kelapa dan Ancol (Jakarta), Tanjung Beno (Bali), Tenau (Kupang), serta Kumai (Kotawaringin Barat). Selain itu, Tarakan, Nunukan (Bulungan), Bitung, Ambon, Saumlaki (Maluku Barat), Tual (Maluku Tenggara), Sorong, dan Biak. Tinggal urus secara online, semua langsung clear dalam hitungan jam.
Belum lagi kehadiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan (BVK) untuk 169 negara. BVK itu juga mencakup Australia.
“Sudah ada banyak respon positif yang saya tangkap saat promosi Wonderul Indonesia, 21-25 Maret 2016. Mayoritas komunitas menyambut baik regulasi baru soal kemudahan bagi para pemilik kapal untuk berlayar ke perairan Indonesia. Ke depan, saya yakin komunitas Yacht Australia akan semakin banyak berlayar ke perairan Indonesia,” tutur Ade. (*)