KALAMANTHANA, Samarinda – Banjir tak hanya mengepung Barito Utara di Kalimantan Tengah. Air bah juga merendam Kutai Barat di Kalimantan Timur dan mengakibatkan 950 hektare sawah gagal panen.
Di Kutai Barat, banjir bahkan sudah berlangsung selama sepekan terakhir. Terjadi di tujuh kecamatan, banjir mengakibatkan potensi kerugian mencapai 1.900 ton padi.
Lahan sawah terparah yang terendam banjir terjadi di Kecamatan Penginggahan. Di sini, sekitar 250 hektare sawah terendam. Pun di Kecamatan Jampang seluas 150 hektare, Manor Bulan (100 hektare), Long Iram (60 hektare), Bongan (50 hektare), Muara Lawa (40 hektare), dan Muara Pahu (3 hektare).
“Banjir di Kabupaten Kutai Barat sudah berlangsung lebih sepekan dan terparah kurung waktu tiga hari terakhir. Banjir tersebut menyebabkan petani di tujuh kecamatan mengalami gagal panen akibat sawah mereka terendam yang menyebabkan padi yang sudah siap di panen rusak,” kata Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur, Wahyu Widhi Heranata. Dia menaksir kerugian akibat gagal panen mencapai Rp18 miliar.
Banjir yang melanda kawasan Kutai Barat akibat tingginya curah hujan di daerah itu, terparah terjadi di Kecamatan Damai dengan ketinggian air mencapai empat hingga lima meter.
“Berdasarkan laporan dari BPBD Kutai Barat, banjir terparah terjadi di Kampung Besit dengan ketinggian mencapai empat hingga lima meter sementara di ibukota kecamatan ketinggian air tiga sampai empat meter,” katanya.
Dia mengaku belum menerima data valid dari kecamatan lain soal ketinggian air. Juga ihwal jumlah rumah yang terendam. Sejauh ini, BPBD Kutai Barat konsentrasi pada proses evakuasi warga dan distribusi logistik untuk korban banjir.
Warga korban banjir, khususnya di Kecamatan Damai, saat ini mengungsi di tenda yang didirikan tim BPBD Kutai Barat di depan kantor kecamatan serta rumah-rumah kerabat mereka. Selain mendirikan tenda di depan Kecamatan Damai dan menyalurkan logistik, tim BPBD Kutai Barat juga masih mengevakuasi warga korban banjir di sejumlah kecamatan ke tempat yang lebih tinggi dengan mengerahkan satu buah perahu karet. (*)